Rangkasbitung (ANTARA News) - Guyuran hujan yang terjadi terus menerus selama empat hari terakhir menimbulkan banjir di enam daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dengan ketinggian air 1-2 meter. Hasil pantauan ANTARA News, Kamis, di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, selain merobohkan puluhan rumah banjir juga telah menimbulkan beberapa penyakit dan sekitar 100 warga Kecamatan Rangkasbitung positif mengalami sakit tenggorokan akibat flu, gatal-gatal, dan diare. Sedangkan Edi (62), warga Kampung Tapos, Desa Leuwi Ipuh, Kecamatan Banjarsari, Lebak meninggal dunia akibat shock. Selain di Lebak, banjir juga menerpa Serang, Pandeglang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Satkorlak Kabupaten Lebak, banjir di Kecamatan Banjarsari ternyata diikuti oleh longsor. Setidaknya ada 835 rumah terendam, 33 rumah roboh akibat longsor, 2 jembatan rusak, dan 230 hektar sawah rusak. Kondisi longsor terparah terjadi di Desa Ipuh yang menyebabkan 16 rumah roboh. Sedangkan banjir terparah di Desa Bojong Juruh yang mengakibatkan beberapa rumah roboh. "Alhamdulillah bantuan sudah mulai berdatangan hingga warga cukup terhibur dan tidak lagi murung, walau sejumlah harta bendanya sudah lenyap terbawa air," kata Camat Banjarsari, Djaenudin. Menurut dia, meski air belum sepenuhnya surut namun warga sudah mulai memperbaikai bangunan rumah yang rusak. "Situasi ini hampir terjadi di semua Desa yang diterjang banjir. Warga kini sudah memulai aktivitas, kendati mereka belum bisa menggarap lahan pertanian akibat areal pesawahan masih terendam banjir," katanya. Kondisi serupa terjadi di Kecamatan Rangkasbitung dan bencana banjir telah membuat sebagian warga sakit. Sebanyak 100 warga berobat ke Posko Kesehatan karena mengalami diare, gatal-gatal, dan pilek. "Dari waktu ke waktu kemungkinan warga yang jatuh sakit akan terus bertambah. Kami juga akan melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah penduduk yang terkena banjir," tutur penjaga Posko Kesehatan di Kampung Kalimati, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Rangkasbitung, Yeni Pujiyati. Meski air sudah surut namun para korban banjir masih bertahan di tempat pengungsian di rumah-rumah warga yang dianggap aman, sementara sejumlah barang berharga milik warga yang mengungsi itu masih teronggok di sepanjang pinggir jalan dengan ditutup terpal. Di Desa Aweh hingga Rabu siang (18/1), barang milik warga seperti tempat tidur, masih terlihat di sisi Jalan Rangkasbitung-Cimarga. Selain di Desa Aweh, warga di Kampung Muara, Kaum Lebak, Kalimati, Kelurahan Muara, Ciujung Barat, Kampung Cijoro, Kebon Kopi, Kebon Kelapa, Kelurahan Cijoro Lebak, Kampung Cikatapis, Keong, Desa Cikatapis, Kecamatan Rangkasbitung, juga masih bertahan di rumah-rumah atau sarana umum. "Pagi ini hujan masih turun, kami belum berani kembali ke rumah masing-masing karena takut banjir akan datang lagi dengan luapan air yang lebih dahsyat," ujar Maman (43), salah seorang warga Desa Aweh. Hal senada dikatakan Rohim (52) warga kampung Kebon Kopi, Kelurahan Muara Ciujung Timur. Ia menyatakan sekalipun banjir sudah surut, namun keinginan untuk segera kembali ke rumah masih ditahan-tahan. "Dari pada nanti harus bolak-balik mengamankan anggota keluarga dan barang berharga, lebih baik tidak pulang ke rumah dulu sampai hujan benar-benar reda dan kami aman," kata Rohim yang tengah mengungsi di rumah tetangganya yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya sendiri yang terendam banjir. Selain di Kabupaten Lebak, banjir juga melanda beberapa desa di Kabupaten Serang seperti yang terjadi di Kampung Tengkorak, Desa Tengkorak, Kecamatan Tirtayasa air mencapai 1,5 meter. Sedangkan di sekitar aliran Sungai Ciujung, puluhan hektar areal persawahan dan perkebunan di Desa Pegandikan, Kecamatan Pontang, dan Desa Bolang juga ikut terendam banjir. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006