Denpasar (ANTARA News) - Bali mengekspor kerajinan lilin dalam berbagai bentuk rancang bangun (desain) sebanyak 17.925 psc senilai 22.086 dolar AS selama empat bulan periode Januari-April 2011.

"Pengapalan mata dagangan tersebut ke pasaran luar negeri, dari segi volume maupun nilai mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, mata dagangan lilin dalam berbagai bentuk dengan menonjolkan unsur seni untuk kelengkapan ritual maupun pesta ulang tahun dan pernikahan itu, empat bulan pertama tahun sebelumnya tercatat 71.267 pcs seharga 128.338,25 dolar AS.

"Ekspor matadagangan lilin sangat tergantung dari pasaran luar negeri, disamping pengusaha terus melakukan upaya perluasan pasar," tutur Ketut Teneng.

Lilin hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, sebenarnya cukup diminati konsumen mancanegara, namun realisasi perdagangan itu cukup berfluktuasi, tergantung dari permintaan pasar.

Matadagangan lilin merupakan salah satu dari 14 jenis hasil kerajinan industri rumah tangga di Pulau Dewata yang mampu menembus pasaran global.

Ketut Teneng menjelaskan, Bali sebagai daerah tujuan wisata yang menerima kunjungan 2,57 juta wisatawan mancanegara selama 2010, atau meningkat 8,01 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat 2,38 juta orang, merupakan salah satu pasaran potensial bagi hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga, termasuk lilin.

"Hampir setiap wisatawan mancanegara yang pulang ke negaranya setelah menikmati liburan di Bali membeli oleh-oleh hasil kerajinan, termasuk lilin dalam bentuk yang unik dan menarik sebagai kenang-kenangan pulang ke negaranya," tutur Ketut Teneng.

Demikian pula wisatawan dalam negeri saat berliburan ke Pulau Dewata membeli hal yang sama, namun semua itu sulit dipantau, mengingat cindera mata hasil perajin Bali mereka bawa secara mudah.

"Kerajinan dari bahan baku lilin yang dibeli langsung oleh wisatawan dalam dan luar negeri itu bisa jadi nilainya jauh lebih besar dibandingkan yang tercatat secara resmi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat," tutur Ketut Teneng.

(T.I006/B/R010/R010) (ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011