"Tetapi sejak 2005, kondisi ekonomi Indonesia membaik kembali pada kategori `lower-middle` sehingga Jepang harus menaikkan suku bunga pinjaman mengikuti peraturan yang ada," kata wakil Dubes Jepang.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Jepang mengatakan keputusannya untuk menaikkan suku bunga pinjaman tidak terelakkan karena diambil berdasarkan kriteria yang dikeluarkan Bank Dunia, oleh sebab itu Pemerintah Indonesia diharapkan menerimanya dengan arif. Pernyataan itu dikemukankan Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Kuroki di hadapan wartawan di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Kamis. Dijelaskannya bahwa pada periode 1993-1998 Indonesia berada pada negara dengan pendapatan per kapita "lower-middle" antara 766 dolar AS sampai 1.465 dolar AS. Kemudian karena krisis ekonomi, posisi itu turun menjadi "low" dengan pendapatan di bawah 766 dolar AS pada 1998-2004. "Tetapi sejak 2005, kondisi ekonomi Indonesia membaik kembali pada kategori `lower-middle` sehingga Jepang harus menaikkan suku bunga pinjaman mengikuti peraturan yang ada," katanya. Suku bunga pinjaman Jepang mengalami kenaikan dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen untuk kondisi standard dengan masa pengembalian 30 tahun. Lebih lanjut dia mengatakan, sekalipun ada kenaikan suku bunga pinjaman yang tidak dapat dihindarkan tetapi pinjaman dari Jepang tetap memiliki berbagai keuntungan. Dia juga menyebutkan bahwa masih ada sejumlah program yang akan dihitung berdasarkan perhitungan lama. Sementara itu, dalam waktu dekat Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yutaka Iimura dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Pemerintah Indonesia untuk membahas berbagai hal yang terkait, salah satunya adalah iklim investasi, Mengenai kenaikan suku bunga pinjaman dari Jepang, Yutaka mengatakan kenaikan menjadi 1,5 persen dari 1,3 persen tidak dapat lagi diubah karena sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku di pemerintah Jepang. Sementara itu Menneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan keberatannya terhadap kenaikan suku bunga pinjaman Jepang kepada Indonesia dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen. "Kita belum siap dengan bunga 1,5 persen. Kita tetap minta tingkat bunga lama walaupun ada kenaikan produk domestik bruto (PDB)," kata Paskah Suzetta di Jakarta, Rabu (11/1). Ia mengatakan, pihaknya belum setuju dengan kenaikan itu dan meminta Jepang tidak hanya melihat Indonesia sebagai mitra bisnis saja tetapi harus melihat Indonesia sebagai partner strategis. Paskah menyebutkan, Jepang juga berkepentingan dengan Indonesia karena jumlah utang Jepang kepada Indonesia jumlahnya cukup banyak. "Dari sisi kita, jumlah utang Jepang kepada kita juga cukup banyak yaitu mencapai 40 persen dari total utang luar negeri kita," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006