Dari tiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Bumiaji yang menempati urutan pertama tingginya angka kematian bayi lahir. Kami menduga selain karena faktor asupan gizi ibu ketika hamil, juga ada faktor lain yang ikut berperan penting, yakni lin
Malang, (ANTARA News) - Angka kematian bayi lahir di wilayah Kota Batu, Jawa Timur, dalam dua tahun terakhir ini cukup tinggi, yakni mencapai 32 kasus pada tahun 2010 dan 11 kasus hingga Juni tahun ini (2011).

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu Tri Tabiyaningsih, Jumat, mengatakan, tingginya angka kematian bayi lahir di daerah itu disebabkan oleh banyak faktor.

Beberapa faktor penyebab itu diantaranya adalah minimnya asupan gizi ibu ketika hamil dan adanya kelainan yang diderita ibu pada saat hamil.

"Dari tiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Bumiaji yang menempati urutan pertama tingginya angka kematian bayi lahir. Kami menduga selain karena faktor asupan gizi ibu ketika hamil, juga ada faktor lain yang ikut berperan penting, yakni lingkungan," katanya.

Faktor lingkungan ini, katanya, adanya kandungan residu bahan kimia dari pestisida, karena mayoritas penduduk di Kecamatan Bumiaji adalah petani. Hanya saja, dugaan tersebut masih akan ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut dengan menggandeng perguruan tinggi.

Menurut dia, hampir semua penduduk di Bumiaji, tak terkecuali para ibu hamil yang mengisap udara yang telah tercemar pestisida, bahkan mereka mengkonsumsi hasil pertanian yang terkontaminasi bahan kimia dan cara masak serta pola penyajiannya pun juga kurang steril.

"Itu baru dugaan, untuk membuktikan dugaan dan memastikan penyebab tingginya angka kematian bayi lahir itu kami masih akan melakukan penelitian lebih lanjut," tegasnya.

Untuk meminimalkan angka kematian bayi lahir di daerah itu, katanya, Dinkes akan meningkatkan pelayanan medis di setiap puskesmas serta mengefektifkan posyandu dalam memantau perkembangan ibu hamil, termasuk asupan gizinya.

Setiap kematian bayi lahir di daerah itu, lanjutnya, selalu diawali dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau kurang dari 2,5 kilogram, sehingga penanganan yang dilakukan tim medis sering kali didak membuahkan hasil karena bayi tidak bisa bertahan hidup lebih lama lagi.

Selain karena mengalami BBLR, katanya, bayi rata-rata juga disertai dengan penyakit penyerta (kelainan) seperti sesak nafas dam jantung.

Disamping memaksimalkan fungsi puskesmas dalam memantau perkembangan ibu hamil, dinkes juga telah menganggarkan dana sebesar Rp157 juta untuk memberikan makanan tambahan dan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita," ujarnya menambahkan.

(E009)



Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011