Semarang (ANTARA News) - Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jawa Tengah (Jateng) menilai Singapura selama ini menjadi rujukan TKI pemula untuk penempatan kawasan Asia Pasifik.

"Kami memang fokus melayani perekrutan sampai pemberangkatan TKI untuk negara-negara di wilayah Asia Pasifik, untuk negara penempatan lain hanya merekrut," kata Kepala BP3TKI Jateng, AB Rahman, di Semarang, Jumat.

Singapura, kata dia, kerap dijadikan rujukan TKI pemula yang belum memiliki pengalaman bekerja di luar negeri, sebab mereka hanya perlu berlatih penguasaan bahasa Inggris, tidak serumit bahasa asing negara lainnya.

Ia mengatakan, Malaysia sebenarnya juga menjadi negara rujukan TKI pemula, namun saat ini hanya TKI formal yang diberangkatkan ke negara itu, sementara pemberangkatan TKI informal ke Negeri Jiran sudah dihentikan.

"Setiap tahun, setidaknya kami mengirimkan 30 ribu TKI ke negara kawasan Asia Pasifik, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Taiwan, dan Hongkong, namun dominasinya TKI pemula memang ke Singapura," katanya.

Namun, kata dia, setelah kontrak kerjanya di Singapura habis dan memiliki cukup pengalaman, biasanya mereka berpindah ke wilayah penempatan lain, terutama Hongkong dan Taiwan yang dinilai lebih prospektif.

"Ada juga yang tetap bertahan di Singapura meneruskan kontrak sampai bertahun-tahun karena sudah betah, namun banyak pula yang berpindah. Singapura seperti menjadi tempat mereka berlatih kerja di luar negeri," katanya.

Ia mengakui Singapura memang memiliki persyaratan ketat dalam menerima TKI, seperti mengadakan entry test untuk TKI yang akan masuk, meski di Indonesia sudah dilakukan tes sebelum mereka diberangkatkan ke Singapura.

"Singapura tetap mengetes TKI lagi. Kalau mereka tidak lolos, diberi kesempatan hingga tiga kali tes, dan jika tetap gagal akan dipulangkan ke Indonesia. Persentase TKI yang gagal tes sekitar 15 persen," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menempuh langkah mengadopsi metode dan materi tes yang diterapkan bagi TKI yang akan masuk Singapura agar terjadi kesesuaian dengan materi yang diberikan pada pelatihan di BP3TKI Jateng.

"Kami harus menyamakan bobot materi. Jangan sampai mereka sudah dilatih dan lolos tes di sini, namun setelah dites lagi di Singapura ternyata tidak lolos dan dipulangkan," kata Rahman.
(U.KR-ZLS/M028)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011