masih enggan membicarakan secara terbuka tentang masalah reproduksi remaja, termasuk masalah seksual
Samarinda (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim menggelar pelatihan "pendidikan sebaya" terkait temuan survei perilaku seksual remaja yang lebih cenderung membahas masalah seksual dengan teman sebayanya.

"Latar belakang kami menggelar acara ini, pasalnya hasil survei Baseline baru-baru ini menyebutkan, remaja perempuan enggan membahas masalah seksual dengan orangtuanya namun mereka lebih senang dengan teman sebaya," ujar Kepala BKKBN Kaltim, Jufri Yasin, di Samarinda, Jumat.

Sesuai hasil survei itu, 24,4 persen remaja laki-laki lebih senang membahas tentang seksual kepada teman, sedangkan kepada orang tua hanya 15 persen.

Begitu pula remaja perempuan, karena 46 persen responden lebih senang membahas seksual dengan pasangan daripada dengan orang tuanya, yang cuma sekitar 38 persen.

"Kegiatan ini diselenggarakan sekaligus untuk menyiapkan personil yang siap menjadi tenaga pendidik sebaya dan nara sumber bagi remaja sebaya, terutama dalam memberikan dorongan semangat serta mampu mengatasi permasalahan di kalangan remaja," ujar dia.

Dia juga menyatakan masih ada keterbatasan jumlah konsuler dalam memberikan konseling kesehatan reproduksi remaja.

"Saat ini masyarakat khususnya dalam keluarga masih enggan membicarakan secara terbuka tentang masalah reproduksi remaja, termasuk masalah seksual," ujar dia.

Hal itu dibatasi nilai adat, budaya dan agama sehingga menganggap tabu apabila membahas reproduksi remaja, padahal persoalan ini penting diketahui generasi muda agar mereka berhati-hati dalam bergaul.

"Ditambah lagi, orang tua tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga tidak mampu memberikan pemahaman kepada anak remajanya secara benar. Sementara anak dan remaja cenderung lebih suka membicarakan kesehatan reproduksi kepada teman sebayanya," ujar dia.

Kondisi yang kurang menguntungkan, imbuh dia, orang tua jarang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga tidak mampu memberikan pemahaman kepada anak remajanya secara benar.

(ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011