Baghdad (ANTARA News) - Dua prajurit Amerika tewas di Irak utara, Minggu, demikian diumumkan militer AS, sehingga Juni menjadi bulan paling mematikan bagi pasukan AS dalam waktu lebih dari dua tahun.

"Dua prajurit AS tewas hari ini ketika sedang melakukan operasi di Irak utara," kata militer AS dalam sebuah pernyataan.

Sejak 1 Juni, 11 prajurit AS tewas di Irak, dan bulan ini merupakan yang paling mematikan bagi pasukan Amerika sejak Mei 2009.

Dengan kematian kedua prajurit itu, jumlah personel militer AS yang tewas di Irak sejak invasi Maret 2003 menjadi 4.465, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen www.icasualties.org.

Sementara itu Minggu, sedikitnya 12 orang cedera ketika seorang penyerang dengan kursi roda meledakkan bom bunuh diri di sebuah kantor polisi di daerah pinggiran utara Baghdad.

Juru bicara komando operasi Baghdad Mayor Jendral Qassim al-Moussawi mengatakan, penyerang meledakkan rompi bomnya di kantor kepala kepolisian di markas polisi tersebut di Tarmiya, 25 kilometer sebelah utara Baghdad.

"Ini jumlah korban awal dan kami memperkirakan angka itu akan naik," kata Moussawi kepada Reuters.

Menurut perwira tinggi tersebut, korban cedera mencakup sembilan polisi dan tiga warga sipil.

Satu sumber kementerian dalam negeri mengatakan, dua orang tewas dan 17 cedera, termasuk sembilan polisi, dalam serangan itu.

Serangan terhadap pasukan keamanan Irak meningkat ketika polisi dan militer negara itu bersiap-siap mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukan AS pada Desember.

Gerilyawan melancarkan sedikitnya delapan serangan ke kantor polisi di Baghdad dan Mosul utara pada Rabu, dengan menggunakan senapan dan peledak.

Serangan-serangan Minggu itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011