Masyarakat akar rumput dan marjinal yang belum tercerdaskan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan persoalan utama literasi di Tanah Air adalah ketimpangan rasio buku dengan jumlah penduduk yang jauh dari kata ideal.
 

“Hasil riset internasional bisa kita terima karena mereka punya analisanya masing-masing. Akan tetapi dari mana indikator yang menunjukkan Indonesia rendah budaya baca.

Bahkan, kita memiliki tidak kurang dari 100 aksara. Salah satu yang terbanyak di dunia. Sejatinya persoalan yang terjadi adalah ketimpangan rasio buku dengan jumlah penduduk yang masih jauh dari ideal,” ujar Syarif dalam penandatanganan MoU dan Talkshow Safari Literasi bersama Duta Baca Indonesia, di Jakarta, Selasa.
 

Ia menambahkan keprihatinan rasio buku bisa ditangani asal semua pihak mengambil peran, terutama di sisi hulu.

Keberadaan Duta Baca Indonesia diharapkan Syarif Bando mampu mengikis persoalan kegemaran baca di masyarakat dan mendorong peran aktif pemerintah daerah dalam mengatasi ketimpangan rasio buku.

Baca juga: Teknologi buat anak muda makin dekat dengan literasi

Baca juga: Wagub harap rumah literasi Jakarta jadi wadah berkumpulnya insan buku

 

Pendidikan formal baru mengakomodasi kurang lebih 65 juta penduduk. Masih ada sekitar 200 juta masyarakat Indonesia yang belum terfasilitasi pendidikan formal. Di sinilah peran perpustakaan dibantu duta baca menjembatani hal tersebut.
 

“Banyak masyarakat akar rumput dan marjinal yang belum tercerdaskan. Perlu peran duta baca untuk turun langsung mengedukasi. Saya rasa tidak harus menjadi guru besar tetapi bisa lewat peran masing-masing,” tambah Syarif Bando.
 

Duta Baca Indonesia 2021-2025 Heri Hendrayana Harris atau Gol A Gong, mengatakan Indonesia telah memiliki Undang-undang Perbukuan, namun belum banyak menindaklanjuti dengan membuat peraturan daerah (Perda). Ia pun akan berusaha mendorong para akademisi menyusun naskah akademiknya untuk diajukan ke legislatif agar bisa dijadikan perda perbukuan.

 

“Di Wanayasa bahkan ada peraturan desa (Perdes) mewajibkan rumah makan, café, hotel, untuk memiliki pojok baca,” ungkap Gol A Gong.

 

Pada 2022, program kerja Safari Literasi Gol A Gong akan berfokus pada pemahaman dan penggunaan literasi digital, misalnya kepada generasi Z. Bagaimana cara berinteraksi secara digital, cara mengisi konten di berbagai platform digital.

 

“Saring before sharing. Kita akan mengajak masyarakat untuk kampanye cerdas dan cakap bermain digital,” ucap Gol A Gong.

 

Bahkan, bagi pustakawan pun, Duta Baca Indonesia itu menyarankan untuk menggunakan medium digital untuk mengirimkan tulisan, artikel, atau cerita, misalnya. "Tidak harus berkirim melalui surat kabar lagi."

 

Program kerja Duta Baca Indonesia pun mendapat dukungan penuh dari anggota Komisi X DPR-RI Rano Karno. Safari Literasi dianggap terobosan untuk menjadikan kesadaran membaca di masyarakat.

Rendah literasi, menurut Rano diakibatkan dari rendahnya minat baca, kesulitan mengakses buku, dan gempuran teknologi.
 

“Kemajuan teknologi membawa banyak perubahan termasuk dalam gaya membaca. Di jaman dulu, orang senang membaca dengan membuka buku halaman per halaman. Sesuatu yang khas dilakukan. Sedangkan, membaca menggunakan aplikasi seolah ada imajinasi yang terputus,” kata Rano.

Baca juga: Literasi pegang peranan penting tingkatkan kesejahteraan masyarakat

Baca juga: Tepis kilah buku sulit diakses lewat perpustakaan digital

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022