Sydney (ANTARA News/AFP) - Pemimpin kawakan Papua Nugini Michael Somare mengundurkan diri sebagai perdana menteri karena alasan sakit setelah 18 tahun berkuasa di pulau Pasifik itu,kata keluarganya kepada AFP, Selasa.

Somare, 75 thun awal tahun ini menjalani operasi jantung di sebuah rumah sakit Singapura dan putranya Arthur Somare mengatakan keluarga telah memutuskan tanpa berkonsultasi dengan perdana menteri itu bahwa dia akan pensiun.

"Komplikasi-komplikasi ini semakin memperlambat waktu di mana Michael diperkirakan akan pulih dan pulang ke Papua Nugini," kata Arthur Somare, yang adalah anggota parlemen itu.

"Karena itu, atas nama (istrinya) Lady Veronica, saya ingin mengumumkan bahwa atas keinginan kolektif keluarga bahwa Sir Somare agar dapat sembuh atas tindakannya sendiri karena itu akan pensiun."

Juru bicara Arthuer Somare menambahkan Sir Maichel tetap dalam perawatan intensif dan "kondisinya tidak cukup baik" untuk membicarakan pengunduran diri itu, jadi keluarga membuat keputusan itu atas nama dia.

"Demi kepentingan yang lebih besar dan kebaikan bersama negara kami menganggap bahwa keputuan ini perlu, dan kami yakin itu juga adalah keinginannja untuk melakukan itu pada kadaaan sekarang ini," tambah Somare.

Sir Miachel menguasai bidang politik yang terpecah Papua Nugini selama puluhan tahun dan pengunduran dirinya terjadi setelah lebih dari 40 tahun ia menjadi anggota parlemen itu adalah akhir satu era.

Ia diskors April selama dua minggu dari kantor setelah terbukti terlibat dalam penyalah gunaan keuangan sejak 20 tahun, tetapi kemudian diperpanjang karena alasan-alasan medis. Wakilnya Sam Abal diangkat menjadi penjabat perdana menteri, tetapi dia sendiri terlibat skandal, dengan putra angkatnya dituduh terlibat pembunuhan awal bulan in setelah mayat seorang pelayan wanita ditemukan di rumah politisi itu.

Menjawab pertanyaan apakah Abal akan memangku jabatan perdana menteri dengan penuh, juru bicara Arthur Somare mengatakan "proses politik harus dilaluinya".

Somare pertema menjadi perdana menteri saat negara itu merdeka tahun 1975 setelah sebelumnya memimpin negara itu dalam tahun-tahun terakhir pemerintah yang ditangani Australia sebagai menteri utama.

Kendatipun kehilangan jabatannya pada pemugutan suara mosi tidak percaya tahun 1980, ia tepilih kembali dan memangku jabatan perdana menteri dari tahun 1982 sampai 1985 dan dari tahun 2002. Ia terpilih kembali tahun 2007.(*)

(H-RN/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011