Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berencana untuk mengimpor vaksin KHV (Koi Herpes Virus) dari Israel melalui negara ketiga, untuk menanggulangi virus KHV yang banyak menyerang ikan mas petani budidaya. Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya, Darnas Dana di Jakarta, Rabu, menyatakan, saat ini belum ada negara di dunia yang memproduksi vaksi untuk KHV dan satu-satunya produsen yakni Israel. "Namun sebelum kita mendatangkan secara besar-besaran akan dilakukan ujicoba dulu apakah vaksin tersebut berbahaya atau tidak," katanya. Menurut dia, ujicoba vaksin tersebut akan dilakukan dalam dua tahap baik di laboratorium maupun uji lapangan dan jika terbukti mampu membasmi virus KHV maka akan didatangkan dalam jumlah besar. Ketika ditanyakan jumlah vaksin KHV yang diperlukan, Darnas tidak menyebutkan angka pasti karena hal itu masih akan dirundingkan antar departemen dan menunggu hasil uji coba terlebih dahulu. Menyinggung belum adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel yang tidak memungkinkan adanya perdagangan langsung antara dua negara, dia menyatakan, impor virus KHV nantinya akan dilakukan melalui pihak ke tiga yakni Thailand. "Kita akan minta bantuan NACA (semacam Badan Perikanan Budidaya di Thailand)," katanya. Selain itu, tambahnya, pada tahun ini pihaknya juga akan mengembangkan jenis-jenis ikan mas yang tidak rentan terhadap virus KHV, yang asalnya dari Cina tersebut. Virus KHV pertama kali diketemukan di Indonesia pada 2003 yang menyerang ikan mas di Jawa Barat dan menimbulkan kerugian sangat besar akibat penurunan produksi hingga 80 persen karena provinsi tersebut merupakan salah satu sentra perikanan budidaya di tanah air. Sebelumnya di tempat terpisah Kepala Dinas Perikanan Jawa Barat, Darsono menyatakan, akibat merebaknya virus KHV yang menyerang ikan mas di waduk Cirata Jawa Barat mengakibatkan kerugian sekitar Rp4 miliar. "Akibat serangan virus KHV yang sering muncul pada musim hujan hingga dua pekan lalu jumlah kematian ikan mas mencapai 500 ton dengan kerugian hampir Rp4 miliar," katanya. Darsono menyatakan, guna menekan tingkat kerugian, pihaknya meminta petani memanen ikan yang dibudidayakan lebih awal, selain itu mengimbau agar pemeliharaan ikan mas dilakukan pada musim panas. Kematian ikan ini akibat turunnya temperatur air di waduk. Demikian disimpulkan Kepala BRKP, Indroyono Soesilo di Jakarta, baru-baru ini. Sementara itu hasil dari penelitian Badan Riset Kelautan dan Perikanan yang melakukan penelitan ke Waduk Cirata sejak 6 Januari 2006, menyebutkan bila suhu waduk turun sampai dibawah 25 derajat celsius maka Koi Herpes Virus (KHV) dapat merebak dan mengakibatkan kematian massal ikan tidak dapat dihindari. Kepala BRKP, Indroyono Susilo menyatakan, akibat hujan yang terus menerus turun maka temperatur air di Waduk Cirata turun menjadi 24 derajat Celsius sehingga penyakit KHV merebak dan menimbulkan kematian pada ikan-ikan mas yang dipelihara di jaring-jaring apung oleh petani ikan. "Virus tersebut menyerang pada insang sehingga mengakibatkan kerusakan dan ikan tidak bisa lagi mengambil oksigen," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006