Jadi lebih siap
Memang dalam 33 tahun pertama sejarah turnamen ini kebanyakan yang juara belum memiliki liga, tetapi setelah itu juara-juara Piala Asia selalu berasal dari negara yang memiliki liga dan sistem kompetisi yang sekompetitif liga sepak bola putra.
Korea Utara yang tiga kali juara turnamen ini pada 2001, 2003, dan 2008 bahkan tak pernah lagi menjuarai turnamen ini setelah era kompetisi liga sepak bola putri menguat di Asia.
Sejak Australia menjuarai turnamen ini pada 2010, era sepak bola putri tanpa liga yang kompetitif sudah tutup buku alias berakhir dan mustahil terulang.
Australia memiliki liga sepak bola putri yang profesional sejak 2008 yang dikenal dengan A-League Women.
Australia bahkan mengelola liga putri layaknya sebuah industri seperti terjadi pada liga sepak bola putra di mana televisi berebut hak siar menayangkan pertandingan liga putri.
Kompetisi liga juga membuat mereka menghasilkan pemain-pemain yang dilirik oleh liga sepak bola putri yang lebih kompetitif di Eropa sehingga memperbanyak opsi saat timnas Australia membutuhkan tim yang kuat dan tertempa untuk mengarungi turnamen-turnamen regional dan internasional.
Alhasil sudah tiga periode terakhir Australia selalu mencapai final Piala Asia Putri. Juara edisi 2010 di China, dan berturut-turut menjadi runner up pada 2014 dan 2018. Kini, Australia menjadi salah satu favorit juara edisi 2022.
Baca juga: Pelatih: Australia turunkan tim terbaik untuk hormati Indonesia
Pun demikian dengan Jepang yang menjuarai dua edisi terakhir Piala Asia. Negeri ini memiliki liga sepak bola putri semi-profesional yang dinamai Nafeshiko League dan terbagi dalam dua divisi sejak 1989.
Thailand dan Filipina juga demikian walaupun diikuti tim-tim universitas, sementara Vietnam reguler menggelar kejuaraan putri nasional sejak 1998 yang tak terhenti sampai kini. Ketiga negara ini melenggang ke perempat final Piala Asia Putri 2022.
Kehadiran liga membuat negara-negara itu menjadi lebih siap menghadapi turnamen. Dalam kata lain, proses pun menjadi sangat menentukan dalam mencetak prestasi besar dalam turnamen.
Oleh karena itu, jika ada yang masih beranggapan proses tidak penting dalam perjalanan mencapai sukses pada sebuah turnamen, maka mereka pasti masih hidup di zaman lain ketika kecenderungan dan masa kini justru menuntut adanya proses panjang untuk mencetak prestasi besar.
Baca juga: Rudy: timnas putri takluk dari Thailand karena kalah mental
Selanjutnya: butuh liga
Copyright © ANTARA 2022