Yang penting memantau pembatasan BBM.
Bogor (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi sampai akhir tahun bisa mencapai 4,9 persen atau lebih rendah dari perkiraan awal jika stabilitas harga-harga terutama bahan pangan bisa terus terjaga.

"Semester 1 Juni ini, inflasi baru 1 persen, kasarnya di semester 2 bertambah 4 persen, jadi lima persen masih cukup realistis, bahkan bisa lebih rendah jika tidak ada kebijakan kenaikan BBM. Cukup realistis di bawah 5 persen, sekitar 4,9 persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A Sarwono, saat membuka Rakorwil Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Bogor, Kamis.

Menurut dia, yang harus diwaspadai adalah rencana kebijakan pemerintah menaikkan atau membatasi konsumsi BBM yang mungkin dilakukan pada tahun ini.

"Yang penting memantau pembatasan BBM. BI sudah melakukan exercise jika pembatasan Jawa-Bali dampaknya 0,7 persen jadi inflasi 5,7 persen, jika BBM naik Rp500 kenaikan inflasi 1, 2 persen jadi 6,2 persen, dan jika naik Rp1.000 dampak inflasi 2 persen - 2,5 persen," katanya.

Angka itu, kata dia sudah memasukkan dampak lanjutan dari kenaikan atau pembatasan BBM.

Pengendalian inflasi melalui TPID, lanjut Hartadi, sangat penting karena kontribusi inflasi daerah sangat besar dalam inflasi nasional seperti kontribusi Jakarta, Jawa Barat (Jabar), dan Banten yang mencapai 47 persen dalam pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).

Pengendalian inflasi di Jakarta, Jabar, dan Banten juga menjadi strategis mengingat keterkaitan yang cukup kuat dengan provinsi lain di sekitarnya dalam kegiatan produksi barang dan jasa.

Rakorwil TPID ini, katanya diharapkan bisa membangun komitmen, dan menciptakan sinergi kebijakan, di antara pemerintah daerah dama mengendalikan inflasi.

Dalam kesempatan itu, dilakukan juga penandatangan perjanjian kerjasama kelompok kerja nasional TPID antara Bank Indonesia, Kantor Menko Perekonomian dan Kementerian Dalam Negeri.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011