Bandar Lampung (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengatakan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu aset bangsa yang menjadi pengawal Bhinneka Tunggal Ika.

"Di antara banyak kegiatan untuk menyejahterakan masyarakat dan kaum perempuan berdasarkan ajaran dan nilai-nilai Islam, Muslimat NU tetap menjaga toleransi," katanya saat membuka Kongres XVI Muslimat NU di Bandar Lampung, Kamis.

Wapres yang hadir didampingi Ibu Herawati Boediono dan beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu II mengungkapkan bangsa Indonesia bangga memiliki organisasi massa Muslimat Nahdlatul Ulama.

"Saat ini pun saya nyatakan, bangsa ini bangga memiliki Muslimat NU. Komitmen kebangsaan dan kemanusiaannya sangat luar biasa," kata Wapres Boediono.

Dalam melaksanakan semua program kesejahteraan rakyat, didasari nilai-nilai Islam, Muslimat NU tetap memegang teguh toleransi beragama, seimbang dan adil sehingga menyumbangkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan rukun dalam masyarakat yang majemuk.

"Muslimat NU memang aset bangsa untuk mengawal Bhinneka Tunggal Ika," kata Wapres.

Wapres mengharapkan Kongres Muslimat NU akan memantapkan komitmennya untuk menjadi mitra pemerintah dalam mensejahterakan keluarga, memajukan kaum perempuan Indonesia.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bagi NU sudah final.

"Sebagai organisasi Islam terbesar yang komitmen untuk memperjuangkan Islam, kami juga mengembangkannya dengan sikap yang moderat, toleran, antikekerasan, benci paksaan," katanya.

Said Aqil menambahkan, "Meski taat beribadah, namun pada saat bersamaan kita memegang kuat komitmen terhadap kebangsaan, Pancasila, Bhinneka Tungga Ika, UUD 1945, dan NKRI."

"Ini bukan basa-basi. Itu merupakan prinsip, pandangan yang sudah ditetapkan sejak 1936 atau sembilan tahun sebelum negara ini merdeka," ungkapnya.

Said menyatakan "Di setiap pelantikan kepengurusan, dalam sumpah jabatan kami akan tetap memperjuangan Islam dan keutuhan NKRI, kejayaan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika."
(T.R018/E011)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011