Jakarta (ANTARA News) - Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen baja yang relatif besar, namun selama ini produksi baja nasional tidak pernah seimbang dengan konsumsi kebutuhan dalam negeri.

Menurut Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), tahun 2011 Indonesia masih harus mengimpor baja sekitar tiga juta ton untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja di dalam negeri.

Khusus untuk kebutuhan domestik, konsumsi baja di sektor konstruksi dan manufaktur tahun ini diperkirakan naik tajam sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diramalkan bisa mencapai 6,4 persen.

Sektor konstruksi tahun ini diperkirakan tumbuh menjadi 7,3 persen, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 6,8 persen, sementara sektor manufaktur ditargetkan tumbuh 6,2 persen, sementara realisasi tahun 2010 hanya mencapai lima persen.

Di sisi lain, pasar baja di Indonesia secara keseluruhan tahun ini diperkirakan mencapai Rp63,7 triliun atau setara 9,5 juta ton baja.

Angka itu meningkat 53,4 persen dibandingkan tahun 2010 yang mencapai Rp41,5 triliun

Sementara itu, Kementerian Perindustrian menyebutkan penjualan baja di Indonesia pada 2011 bisa mencapai 9,5 juta ton atau naik 44 persen dibanding tahun 2010 yang mencapai sebanyak 6,6 juta ton, sementara harga rata-rata baja pada 2011 akan naik 15-23 persen dibanding tahun 2010.

Disebutkan, saat ini sekitar empat sampai lima juta ton pasokan baja nasional masih harus dipenuhi dari luar negeri. Angka tersebut hampir setara dengan 40 sampai 50 persen dari total kebutuhan baja nasional.

Fakta ini membuktikan bahwa investasi baja di Indonesia sangat prospektif bagi perusahaan domestik dan asing, namun calon investor baja perlu mengantisipasi persaingan dengan perusahaan baja China yang produknya selama ini diduga membanjiri pasar Indonesia.

Di sisi lain jumlah permintaan baja dunia untuk tahun 2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan 5,3 persen, dan peningkatan produksi baja dunia akan sejalan dengan peningkatan konsumsi yang menunjukkan pemulihan ekonomi global pasca krisis 2008-2009.

Di samping akibat masih adanya prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara industri baru, dampak terjadinya gempa dan tsunami yang menghantam Jepang bulan Maret 2011 diperkirakan menjadi sentimen positif bagi industri baja dunia termasuk Indonesia.

Rusaknya infrastruktur dan hancurnya fasilitas industri di Jepang pasca gempa dan tsunami menjadikan permintaan baja Jepang diperkirakan masih relatif tinggi sampai dengan akhir tahun ini.

Khusus kebutuhan baja di dalam negeri, selain ditopang pertumbuhan ekonomi, konsumsi baja juga didorong oleh peningkatan produksi otomotif.

Tahun 2011 ini peningkatan produksi mobil dan motor masing-masing diproyeksikan mencapai 800 ribu unit dan 7,2 juta unit.

Perbankan Dukung

Terkait dengan pengembangan industri baja di dalam negeri, Vice President Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto menyatakan optimis terhadap pengembangan industri baja nasional menyusul dukungan makroekonomi yang baik, proyeksi permintaan yang tinggi dan dukungan nyata seluruh pemangku kepentingan, termasuk sektor perbankan.

Menurut Ryan, pembiayaan untuk investasi pada industri baja nasional dimungkinkan didukung perbankan dan pasar modal, disesuaikan dengan kebutuhan nyata para pelaku industri.

Sesuai dengan prinsip character, condition of economic, capacity, capital, collateral (5-C) dalam praktik perkreditan, maka ruang gerak perbankan nasional untuk membiayai industri baja nasional masih terbuka luas

Dikatakan, berdasarkan rencana Bisnis Bank (RBB) 2011, pertumbuhan kredit diproyeksikan 23-24 persen atau setara Rp423,7 triliun kredit baru. Berdasarkan RBB 2011 itu pula terdapat 14 bank papan atas yang telah berkomitmen menyalurkan kredit baru sebesar Rp288 triliun.

Ryan memperkirakan, pertumbuhan kredit sampai dengan April 2011 mencapai sebesar 23,8 persen, namun secara year to date masih rendah (di bawah lima persen), dan ini menunjukkan ruang ekspansi masih terbuka lebar.

Diperkirakan pada semester II (kuartal III dan IV) perbankan akan agresif menyalurkan kreditnya untuk mencapai target pertumbuhan kredit yang ditetapkan.

Kesempatan bantuan permodalan dari perbankan nasional ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh industri baja nasional, khususnya oleh PT Krakatau Steel yang merupakan salah satu BUMN kebanggaan nasional.

Pembangunan industri baja nasional yang terus maju akan semakin memperkokoh ketahanan ekonomi domestik karena industri baja memiliki keterkaitan yang erat dengan industri infrastruktur dan industri strategis lainnya di dalam negeri.

Tingkat permintaan baja semakin prospektif menyusul komitmen pemerintah untuk melaksanakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) melalui enam Koridor Ekonomi (Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali, dan Koridor Papua-Maluku), di mana sektor infrastruktur merupakan salah sektor andalan dengan perhatian khusus.

Namun di sisi lain Pemerintah harus memberikan dukungan nyata melalui kebijakan dan insentif kepada industri baja nasional, karena industri ini bersifat padat modal dan padat karya sehingga termasuk ke dalam salah satu industri strategis dari perspektif ekonomi.

*) Wartawan Kantor Berita ANTARA

(A025/A011)

Oleh Oleh Aat Surya Safaat
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011