New Delhi (ANTARA News) - India hari Jumat mendesak pemerintah Kolombo menyelidiki klaim televisi Inggris bahwa pasukan Sri Lanka menyerang warga sipil ketika menumpas pemberontak Macan Tamil dua tahun lalu.

Film dokumenter yang disiarkan bulan lalu di televisi Saluran 4 Inggris, yang berjudul "Ladang Pembunuhan Sri Lanka", berisi gambar yang disebut-sebut sebagai eksekusi tahanan, lapor AFP.

Rekaman itu juga menunjukkan mayat gerilyawati Tamil yang tampaknya dilecehkan secara seksual oleh pasukan pemerintah.

Pasukan Sri Lanka mengalahkan pemberontak Macan Tamil pada Mei 2009 dalam ofensif besar-besaran yang menyulut tuduhan kalangan luas bahwa puluhan ribu warga sipil tewas dalam pertempuran itu.

Sri Lanka berulang kali membantah pasukannya melakukan kejahatan perang.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India di New Delhi mengatakan, Kolombo harus menyelidiki tuduhan tersebut.

"Rangkaian kejadian selama hari-hari terakhir konflik tidak jelas (dan) pemerintah Sri Lanka harus menyelidiki masalah itu secara lebih cermat," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, Jumat.

"Keprihatinan yang disampaikan terkait dengan hal ini harus diselidiki," katanya.

Sri Lanka menuduh Saluran 4 Inggris dan negara-negara Barat memelopori upaya mendiskreditkan catatan HAM-nya dengan membuat laporan-laporan mengenai kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan.

Dalam pernyataan email kepada BBC, juru bicara Saluran 4 Marion Bentley menekankan bahwa seluruh tayangan dalam film dokumenter yang berjudul "Ladang Pembunuhan Sri Lanka" itu terbukti otentik dan telah diperiksa oleh para ahli.

Tekanan meningkat terhadap Kolombo sejak Saluran 4 Inggris menyiarkan sebuah film dokumenter tersebut.

Laporan PBB belum lama ini menuduh pasukan pemerintah melakukan kejahatan perang, dengan mengeksekusi para pemimpin pemberontak yang menyerah.

Menurut perkiraan PBB, sedikitnya 7.000 warga sipil tewas dalam ofensif final pasukan Sri Lanka terhadap Macan Tamil yang dikalahkan dua tahun lalu.

Sri Lanka membantah segala tuduhan kejahatan perang dan menolak seruan-seruan bagi penyelidikan internasional.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala.(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011