Jakarta (ANTARA News) - Rencana pemerintah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang mencapai puluhan persen oleh masyarakat dinilai sebagai kebijakan yang hendak membunuh rakyatnya sendiri, setelah sebelumnya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak dua kali pada 2005. Hal tersebut diungkapkan sejumlah warga di Jakarta dan Bekasi, kepada ANTARA, Kamis menanggapi rencana pemerintah menaikkan TDL. Warga Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jabar, Nasir mengatakan, kenaikan tarif TDL akan menambah beban biaya kehidupan sehari-hari karena kenaikannya sendiri tidak tanggung-tanggung puluhan persen. "Pemerintah sudah tidak memiliki perasaan lagi dan tidak merasakan betapa beratnya beban kehidupan rakyat jika kenaikan tarif TDL itu dilakukan, karena sebelumnya pemerintah juga telah menaikkan harga BBM mencapai seratus persen," ungkap Nasir yang beprofesi sebagai tukang ojek. Ia mengemukakan dirinya tidak dapat membayangkan bilamana rencana kenaikan TDL itu benar-benar terealisasikan, karena pendapatan dari mengojek terhitung minim. Menurut dia, dari pendapatan sebagai tukang ojek yang rata-rata sebesar Rp800 ribu/bulan, terhitung sudah minim untuk menghidupi kelima orang anaknya. "Saat ini saja, iuran listrik rumah sudah naik dua kali lipat dari biasanya Rp45 ribu menjadi Rp85 ribu/bulan, nantinya bisa-bisa pendapatan saya habis untuk membayar listrik saja, belum lagi harus membiayai sekolah anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya. Ia menambahkan dari pendapatan sebesar Rp800 ribu itu, dirinya harus pandai-pandai mengatur keuangan karena setidaknya setiap bulan wajib membayar iuran uang sekolah anaknya yang masih duduk di bangku SMP sebesar Rp16 ribu, dan ongkos dan jajan anaknya sebesar Rp15 ribu/hari. "Kemudian sisa dari pendapatan mengojek digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari," tegasnya seraya mengaku dirinya memeperoleh informasi tentang rencana kenaikan TDL sejak jauh-jauh hari. Hal senada diungkapkan oleh Hani Handayani, warga Salemba, Jakarta, yang menyebutkan dirinya sangat kecewa terhadap rencana kenaikan TDL, karena jarak antara kenaikan harga BBM dengan kenaikan TDL berdekatan. "Kebijakan pemerintah sama ingin menyengsarakan rakyatnya sendiri, karena pemerintah tidak melihat kondisi sesungguhnya di masyarakat saat ini," ungkap Hani yang merupakan wan swasta. Ia menyebutkan dampak kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu sudah terasa berat, seperti naiknya tarif angkutan kota (angkot) kemudian akan ditambah dengan kenaikan tarif TDL. Ny Iding, warga Perum Kartika, Kabupaten Bekasi, Jabar mengatakan dengan kenaikan tarif TDL sebesar puluhan persen, berarti pengeluarannya membayar listrik di rumahnya akan mengalami kenaikan dua kali lipat yang semula sekitar Rp250 ribu/bulan, diperkirakan dapat mencapai Rp500 ribu/bulan. "Membayar listrik Rp250 ribu/bulan saja sudah dirasakan berat, apalagi harus membayar Rp500 ribu/bulan," ungkapnya. Harapan BI Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah di Jakarta, Rabu menyampaikan harapannya agar kenaikan TDL tidak lebih dari 30 persen agar target inflasi sebesar delapan persen pada tahun 2006 tidak terlampaui. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini mengatakan pemerintah sama sekali belum menentukan besaran kenaikan TDL itu. "Pemerintah sama sekali belum menentukan besaran kenaikan TDL karena masih dibicarakan dengan DPR," kata Presiden kepada pers usai mengunjungi Departemen Keuangan baru-baru ini. (*)

Copyright © ANTARA 2006