Nairobi (ANTARA News/AFP) - PBB mengirim bantuan pertama ke wilayah Somalia yang dikuasai gerilyawan setelah mereka mencabut larangan operasi badan bantuan asing, kata seorang juru bicara kepada AFP, Minggu.

Badan Anak PBB (UNICEF) mengirim dengan pesawat lima ton metrik bantuan pangan dan obat bagi anak-anak yang kekurangan gizi ke Baidoa, sebuah kota di Somalia tengah yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.

"Itu berhasil dan langkah bagus ke arah pengiriman bantuan udara ke Somalia. Bantuan itu merupakan yang pertama dalam dua tahun ini," kata Iman Morooka, juru bicara UNICEF untuk Somalia.

Morooka mengatakan, Al-Shabaab "telah memberikan persetujuan dan akses tanpa halangan, dan operasi itu berjalan lancar".

Pengangkutan bantuan itu dilakukan Rabu dan UNICEF siap melakukan pengiriman lagi ke wilayah-wilayah Somalia selatan dan tengah yang dikuasai oleh kelompok gerilya garis keras itu.

Al-Shabaab pada 6 Juli menyerukan bantuan bagi ribuan orang yang menderita akibat musim kering parah yang melanda negara Tanduk Afrika tersebut dengan mengatakan, mereka akan mengizinkan bantuan melewati wilayah mereka.

Dua tahun lalu, kelompok itu mengusir badan-badan bantuan asing dengan menuduh mereka menjadi mata-mata Barat dan Kristen, dan memberlakukan aturan-aturan keras mengenai operasi kelompok bantuan.

Pekan lalu Badan Pangan PBB, yang menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010, menyatakan, mereka mempertimbangkan dimulainya lagi operasi bantuan di kawasan itu.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.(*)

(Uu.M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011