London (ANTARA) - Jumlah wanita kulit hitam yang tewas dalam kekerasan bersenjata di Amerika Serikat telah meningkat tajam, tetapi tampaknya tidak ada yang peduli, ungkap The Guardian dalam sebuah laporan baru-baru ini.

Sementara pembunuhan wanita kulit putih Brianna Kupfer di Los Angeles bulan ini menarik perhatian nasional, kematian Tioni Theus, Breahna Stines, dan Marneysha Hamilton --semuanya wanita kulit hitam-- dalam dua pembunuhan terpisah lainnya di Los Angeles, hanya mendapatkan sedikit perhatian dan sebagian besar diperlakukan sebagai berita lokal, ungkap laporan yang dirilis pada Kamis (27/1) itu.

"Wanita dan anak perempuan kulit hitam dibunuh dan saya rasa tidak ada yang memedulikan," kata laporan tersebut mengutip Lawanda Hawkins, seorang advokat hak korban yang berbasis di Los Angeles.

Meskipun perbedaan antara perhatian terhadap korban kekerasan berkulit putih dan korban kekerasan berkulit hitam bukanlah hal baru, tokoh masyarakat dan peneliti mengkhawatirkan tentang pesan yang terus disampaikan lewat fenomena ini kepada perempuan muda kulit hitam tentang nilai dan potensi mereka, katanya.

Penduduk kulit hitam, meskipun hanya 6 persen dari populasi California, mencakup 31 persen korban pembunuhan di negara bagian itu, ungkap The Guardian.

Di seluruh AS, kata The Guardian, angka pembunuhan meningkat 30 persen antara 2019 dan 2020, sebuah lonjakan tahunan terbesar dalam kurun waktu 60 tahun.

Meski sebagian besar korban kekerasan senjata adalah pria kulit hitam, setidaknya empat wanita dan anak perempuan kulit hitam terbunuh setiap hari di AS pada 2020, atau meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, papar laporan tersebut mengutip data FBI.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022