Kupang (ANTARA News) - Kasus HIV dan AIDS di Nusa Tenggara Timur hingga Mei 2011 mencapai 1.405 kasus, dan menyebar di 21 kabupaten/kota di wilayah provinsi kepulauan ini.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTT dr Husein Pancratius di Kupang Senin mengatakan, dari data yang diperoleh KPA NTT jumlah HIV secara keseluruhan sebanyak 748 kasus dan AIDS sebanyak 657 kasus.

Dari total kasus tersebut, angka tertinggi kasus HIV dan AIDS di NTT berada di Kabupaten Belu (525 kasus), yang terdiri dari 323 kasus HIV dan 202 kasus AIDS, dengan jumlah penderita yang meninggal tercatat 90 orang.

Sementara, Kota Kupang berada di peringkat kedua dengan mencatat 270 kasus, yang terdiri dari 190 kasus HIV dan 80 kasus AIDS, dengan jumlah penderita yang meninggal tercatat 45 orang.

Kabupaten Sikka menempati tempat ketiga dengan 203 kasus, menyusul Kabupaten Manggarai 53 kasus, Lembata 52 kasus, Flores Timur 51 kasus, Timor Tengah Utara (TTU) 44 kasus, Timor Tengah Selatan (TTS) 38 kasus dan Kabupaten Ende 34 kasus.

Sementara untuk Kabupaten Ngada 29 kasus, Alor dengan 26 kasus, Kabupaten Kupang 24 kasus, Nagekeo 17 kasus, Manggarai Barat 15 kasus, Sumba Timur 12 kasus dan Sumba Barat Daya 10 kasus.

Sedangkan untuk Kabupaten Sumba Barat, Rote Ndao, Manggarai Timur, Sumba Tengah serta Kabupaten Sabu Raijua, belum ditemukan jumlah kasus.

"Lima kabupaten ini masih belum teridentifikasi, sehingga belum ditemukan jumlah kasusnya," kata Husein Pancratius yang juga mantan Direktur RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang.

Menurut dia, tingginya angka kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Belu, wilayah perbatasan RI dengan negara Timor Leste, karena sentra klinik Voluntary and Counseling Testing (VCT) di wilayah tersebut, sudah cukup banyak dan tersebar di seluruh pelosok kabupaten tersebut.

Selain itu, sudah ada kemauan yang baik dari setiap masyarakat, terutama golongan masyarakat berisiko untuk mendatangi klinik VCT untuk memeriksakan dirinya.

Kondisi ini dukungan klinik VCT di daerah serta kerelaan masyarakat terutama masyarakat yang berisiko untuk melakukan pemeriksaan, menjadi salah satu bagian terpenting bagi para pemangku kepentingan untuk bisa mengetahui dan mencari jalan penanggulangannya.

Mantan Asisten Kesejahteraan Sosial Setda NTT itu berharap masyarakat di semua kabupaten bisa dengan sukarela melakukan pemeriksaan ke klinik VCT untuk mengetahui kondisi kesehatannya.

Selan itu, upaya pemerintah juga terus dilakukan untuk memperbanyak tempat-tempat pemeriksaan melalui klinik VCT ke daerah-daerah, sehingga mudah dijangkau masyarakat, demi penanggulangan HIV dan AIDS di daerah ini.

"Kita terus berupaya untuk terus memberikan advokasi baik melalui media, para pemimpin agama, toko masyarakat serta unsur masyarakat lainnya sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini ke VCT," katanya.

Dia menambahkan, advokasi yang dilakukan juga berkaitan dengan pemahaman terhadap HIV dan AIDS itu sendiri sehingga tidak ada lagi salah persepsi masyarakat umum terhadap orang yang terinveksi HIV dan AIDS tersebut.

(ANT-295/L003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011