Kekebalan kelompok melalui penularan alami adalah ide yang sedari awal kami sebut sangat konyol karena ada beban korban jiwa sangat besar yang harus dibayar,
Jakarta (ANTARA) - Kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan,  gagasan untuk mencapai kekebalan kelompok melalui infeksi alami dalam memerangi pandemi COVID-19 adalah ide konyol karena ada risiko dan kerugian besar yang harus dibayar.

"Kekebalan kelompok melalui penularan alami adalah ide yang sedari awal kami sebut sangat konyol karena ada beban korban jiwa sangat besar yang harus dibayar," kata Swaminathan dalam wawancara dengan saluran berita televisi NDTV 24/7 yang berbasis di New Delhi pada Kamis (3/2).
 
Tenaga kesehatan menyuntikkan dosis vaksin COVID-19 pada warga di pusat vaksin di Haridwar, Negara Bagian Uttarakhand, India utara, pada 11 Januari 2022. (Xinhua/Str)Para tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 pada siswa di Bangalore, India, pada 3 Januari 2022. (Xinhua/Str)


Dikatakan Swaminathan, India telah mengikuti kebijakan vaksinasi yang baik,

"Sepemahaman saya saat ini lebih dari 90 persen orang dewasa sudah menerima setidaknya satu dosis dan lebih dari tiga perempat orang dewasa telah menerima vaksinasi lengkap."

Menurut kepala ilmuwan WHO itu, subvarian baru Omicron BA.2 lebih kuat dari BA.1 dan penularannya lebih luas dibandingkan subvarian lainnya.

WHO belum dapat berkomentar tentang dampak Omicron karena merupakan varian yang relatif baru dan penelitian masih berlangsung untuk menentukan apakah varian tersebut dapat menyebabkan infeksi ulang dan bagaimana pengaruhnya terhadap kekebalan jangka panjang, ungkap Swaminathan.

"Dua bulan masih terlalu singkat untuk mengetahui apakah (varian) ini menyebabkan infeksi ulang dan bagaimana (varian) ini memengaruhi kekebalan jangka panjang. Kita melihat beberapa penelitian menunjukkan bahwa darah pasien yang pulih dari varian baru ini membantu dalam infeksi Delta, namun kita tidak tahu apakah akan berlaku juga untuk varian-varian mendatang," katanya.
 
Para tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 pada siswa di Bangalore, India, pada 3 Januari 2022. (Xinhua/Str


Lebih lanjut, Swaminathan mengatakan vaksin yang digunakan untuk perlindungan dalam hal mengurangi jumlah rawat inap dan angka kematian bekerja dengan sangat baik.

"Semuanya membantu kami. Kaum lansia dan kelompok rentan kini jauh lebih terlindungi. Ini menunjukkan bahwa vaksin itu efektif dan merupakan mekanisme pertahanan yang baik," imbuhnya.

Saat ini India sedang menghadapi gelombang ketiga COVID-19. Meski demikian, beban kasus harian COVID-19 mulai turun.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India pada Kamis pagi melaporkan 172.433 kasus baru dan tambahan 1.008 kematian akibat COVID-19, sehingga total infeksi di negara tersebut menjadi 41.803.318 dan jumlah kematian menjadi 498.983. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022