Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada awal perdagangan Senin, setelah pengumuman data pekerjaan AS yang menenangkan kekhawatiran tentang ekonomi global tetapi juga menambah risiko pengetatan yang agresif oleh Federal Reserve.

Geopolitik juga tetap menjadi kekhawatiran karena Gedung Putih memperingatkan Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan Presiden Prancis Emmanuel Macron bersiap untuk perjalanan ke Moskow.

Sentimen hati-hati membuat indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen di awal perdagangan. Sementara itu, indeks Nikkei Jepang turun 0,4 persen dan Korea Selatan merosot 0,6 persen.

Indeks berjangka S&P 500 maupun indeks berjangka Nasdaq sedikit berubah, setelah gejolak pasar pekan lalu membuat Amazon.com Inc memperoleh untung hampir 200 miliar dolar AS sementara pemilik Facebook Meta Platforms Inc mengalami kerugian yang besar.

Analis BofA Savita Subramanian mencatat panduan perusahaan untuk 2022 telah melemah secara signifikan dengan sebagian besar saham jatuh menyusul rilis laporan keuangan.

“Komentar-komentar menyatakan memburuknya kekurangan tenaga kerja dan masalah rantai pasokan, dengan hambatan yang lebih besar diperkirakan di kuartal pertama daripada di kuartal keempat,” kata Subramanian dalam sebuah catatan. Dengan upah menjadi komponen biaya terbesar bagi perusahaan, tekanan margin akan terus berlanjut.

Laporan penggajian AS pada Januari menunjukkan pertumbuhan tahunan dalam pendapatan per jam rata-rata naik menjadi 5,7 persen dari 4,9 persen, sementara gaji untuk bulan-bulan sebelumnya direvisi naik 709.000 mengubah tren perekrutan secara radikal.

"Laporan itu tidak hanya menunjukkan bahwa penggajian jauh lebih dari yang bisa dibayangkan siapa pun, tetapi ada kekuatan luar biasa dalam pendapatan yang akan menambah kekhawatiran di antara pejabat Fed tentang tekanan ke atas pada inflasi," kata Kevin Cummins, kepala ekonom AS di NatWest Markets.

Indeks harga konsumen untuk Januari akan dirilis pada Kamis (10/2/2022) dan bisa menunjukkan inflasi inti meningkat ke laju tercepat sejak 1982 di 5,9 persen.

Akibatnya, pasar mengindikasikan bahwa  The Fed mungkin akan menaikkan sebesar 50 basis poin penuh pada Maret dan prospek suku bunga riil mencapai 1,5 persen pada akhir tahun.

Itu mengirim imbal hasil dua tahun naik 15 basis poin untuk minggu lalu, kenaikan terbesar sejak akhir 2019, dan terakhir bertahan di 1,31 persen.

Di pasar mata uang, euro terus menikmati sorotan Bank Sentral Eropa (ECB) yang hawkish karena pasar mengedepankan kemungkinan waktu kenaikan suku bunga pertama dan memacu imbal hasil obligasi naik tajam.

Klaas Knot, Presiden Bank Sentral Belanda dan anggota dewan gubernur ECB, mengatakan pada Minggu (6/2/2022) bahwa ia memperkirakan kenaikan suku bunga pada kuartal keempat tahun 2022.

Mata uang tunggal terlihat di 1,1456 dolar AS, setelah melonjak 2,7 persen minggu lalu dalam kinerja terbaiknya sejak awal 2020. Secara teknis, penembusan resistensi di sekitar 1,1482 dolar AS akan membuka jalan ke 1,1600 dolar AS dan lebih tinggi.

Dolar bernasib lebih baik terhadap yen Jepang karena pasar masih melihat sedikit peluang bank sentral Jepang akan memperketat kebijakannya tahun ini. Dolar stabil di 115,27 yen, sementara euro naik di 132,06 yen setelah emonjak 2,7 persen minggu lalu.

Pergerakan liar di euro membuat indeks dolar AS turun di 95,436, setelah jatuh 1,8 persen pekan lalu.

Emas sedikit menguat pada 1.808 dolar AS per ounce, tetapi telah berjuang dalam menghadapi imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Harga minyak naik mendekati level tertinggi tujuh tahun di tengah kekhawatiran tentang pasokan di tengah cuaca dingin AS dan gejolak politik yang sedang berlangsung di antara produsen utama dunia.

Brent menambahkan 32 sen lagi menjadi 92,97 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 42 sen menjadi 91,89 dolar AS per barel.

Baca juga: Pengamat nilai peningkatan kasus Omicron tak pengaruhi harga saham
Baca juga: BI: Ada Rp5,34 triliun modal asing keluar pada pekan keempat Januari
Baca juga: Pasar Asia: Saham Singapura dan Seoul menguat, mata uang beragam

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2022