Balikpapan (ANTARA) - Peserta touring offroad Sumatra Tribute to Camel Trophy Tribute melintas di Muara Bungo setelah melewati jalan tanah perkebunan kelapa sawit dan tambang yang menjadi menu awal sebelum masuk trek napak tilas Camel Trophy 1981 di Kotoboyo di pinggiran kota Jambi.

“Hari ini kita coba sampai di Batu Sawar dan bermalam di sana,” kata event director Greefion Kamil setiba tim di Muara Bungo, Jambi, Selasa 8/2 dinihari.

Sebelumnya di hari Minggu, setelah satu jam berkonvoi di jalan raya, para peserta kemudian beriringan dalam rangkaian 50 kendaraan. Mereka menyusuri jalan tanah merah perkerasan, jalan tanah merah lunak berlumpur, hingga jalan tanah merah berhias lubang dan kubangan di sana-sini.

Setelah dua jam di jalan, perjalanan rombongan terhenti karena ada warga yang tidak berkenan jalan kebun sawitnya dilewati rombongan. Tak ingin membuat semua pihak tidak nyaman, Greefion Kamil selaku event director mencari jalan alternatif. Ia bawa rombongan melambung ke kanan dari jalur titik way point (WP) GPS yang semestinya diikuti peserta.

Jalan alternatif ini adalah jalan hauling batubara. Peserta harus ekstra hati-hati karena numpang lewat di jalan kendaraan yang kejar setoran. Sebuah truk tampak terguling di tepi jalan, mengingatkan peserta setiap perjalanan selalu berisiko.

Namun, lewat di jalan hauling yang lebar ternyata ada hikmahnya. Peserta dapat menggeber laju mobil sekuatnya. Tim video mendapat gambar-gambar dramatis saat rangkaian kendaraan menyalakan lampu sorot dan maju bersama.

Pukul lima sore, peserta meninggalkan jalan hauling dan masuk jalan pintas menuju titik WP B38 dan kembali ke jalur semua. Tak terduga, di jalan pintas ini offroad yang sebenarnya dimulai. Kubangan di kiri dan kanan jalan membuat mobil bergoyang hebat karena roda-rodanya terperosok ke kiri dan kanan.

Menjelang waktu isya, seluruh tim sudah di WP B38 dan kembali ke trek asli Camel Trophy menuju Batu Sawar di WP48. Untuk beberapa lama rombongan menikmati jalur yang lempang terpelihara. Beberapa WP terlewati dengan lancar.

Namun lebih kurang 1 km menjelang mess perkebunan PT Putra Muda Brothers di Sungai Lingkar, peserta kembali disajikan kubangan-kubangan dalam. Offroad pun berlangsung sepanjang malam. Satu kendaraan yang lolos kubangan berhenti untuk menjadi winching point (tempat mengaitkan kait (hook) winch atau bila double line (dengan dua jalur tali penarik), tempat mengaitkan snatch block (katrol).

Menjelang tengah malam, sebagian tim yang berada di depan rangkaian berhasil tiba di mess dan memutuskan istirahat tidur. Peserta yang masih di trek juga berhenti dan buka tenda di jalan berlumpur kebun sawit.

Keesokan paginya offroad dimulai kembali pukul 08.00 WIB. Menyusuri trek lebar jalan poros dan terus bergerak ke arah Sungai Tabir di Batu Sawar.
Diselingi dengan makan siang, rombongan pertama yang tiba di Batu Sawar menyeberang Sungai Tabir tepat pukul 2 tengah hari. Jauh di belakang, tim Aceh masih berjuang di kubangan-kubangan sebelum mess. Namun demikian, saat waktu magrib, seluruh kendaraan sudah berhasil menyeberang.

“Di Batu Sawar kami juga menyerahkan bantuan untuk anak-anak sekolah, berupa ransel sekolah berisi buku tulis, pensil warna, dan berbagai alat tulis lainnya. Juga ada Alquran dan peralatan salat,” kata Fion.

Bantuan itu diterima Mustafa, Guru SD Batu Sawar dengan semringah. Ia berjanji menyampaikan seluruhnya kepada anak-anak didiknya. “Insya Allah cukup,” kata Mustafa.

Dari titik ini, ada 1 kendaraan yang perlu perbaikan berat sehingga untuk sementara tidak meneruskan perjalanan di trek.

Sebelumnya mobil ini sudah kehilangan fungsi gardan ganda dan terpaksa ditarik sepanjang jalan. Kepada mereka Fion menginstruksikan untuk mengupayakan perbaikan semaksimal mungkin, dan bila sudah bisa jalan kembali ke Jalan Lintas Sumatera, dan langsung menuju Muara Bungo.

Selepas menyeberang, rangkain kendaran kembali berhadapan dengan rintangan. Kali ini banjir setinggi pinggang selebar 100 meter. Hari sudah petang bagi rombongan yang terakhir mulai menerjang banjir, Land Rover Series si BrokenWhite yang dikemudikan Mufti Bule sempat tersedak. Bule yang ada di belakang rombongan menerima hantaman ombak paling besar sehingga air mencapai kap mesin.

Setelah itu beberapa kali bergantian mobil-mobil lepas magrib ini terhenti karena kejeblos di lubang jalan, atau tersangkut kayu yang awalnya digunakan untuk menutup kubangan itu.

“Tapi kami juga ketemu truk yang nyangkut di tanah lembek, Dengan 2 winch dari 2 mobil kami bantu tarik melepaskan truk itu dari jebakan lumpur liat,” kata Muhammad Senut yang mengemudikan Land Rover Series II.

Bukan kebetulan, truk ini ternyata mengangkut semangka yang baru dipanen. Andi sang sopir pun membagikan satu semangka besar tanpa biji ke setiap mobil sambil berterima kasih, yang juga diterima dengan gembira.

Sepanjang sisa perjalanan di jalan raya menuju Sirkuit Swarna Dwipa di Muara Bungo, semangka itu jadi hiburan dan pengganjal perut yang keroncongan.

“Dalam 40 tahun ini, Sumatera yang dilewati Camel Trophy 1981 sudah berubah sangat banyak dari yang kita hadapi sekarang. Sebagian jalan yang dulu melintas hutan, kini dikelilingi kebun sawit atau jalan tambang. Bahkan, sudah ada yang menjadi jalan negara.

“Titik akhir tim keluar hutan Camel Trophy 1981 malah sudah jadi perumahan,” kata Fion.

Di perumahan ini, Citra Raya di Kota Jambi, para peserta dilepas oleh Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo pada Minggu 6/2. Bamsoet mengibaskan bendera start di Bundaran Little Park Citra Raya, Jambi pukul 10.00 pagi WIB.

"Anda semua luar biasa," kata Bamsoet sebelum melepas peserta.

Ketua MPR ini juga mengingatkan bahwa penyelenggaraan hingga 4 kali Camel Trophy di Indonesia adalah tanda bahwa Indonesia diakui dunia sebagai surga petualangan bermobil gardan ganda.

"Tinggal bagaimana kita memanfaatkan ini sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat dan masyarakat kita, melalui kegiatan ekonomi dan pariwisata," kata Bamsoet.

Sumatra Tribute adalah perjalanan touring offroad menapaktilasi perjalanan Camel Trophy Sumatra 1981. Saat itu perjalanan dimulai dari Berastagi di Sumatera Utara ke Jambi, menempuh jalan tanah, melintas hutan, dan berbagai cara menyeberang sungai.

"Sekarang kami sepakat untuk retrack, mulai dari Jambi dan finish di Berastagi," kata Ketua Panitia Saeful Hasyim.


Baca juga: Mobil Land Rover paling langka di dunia ada di Indonesia
Baca juga: Ketua PP IOF ajak pehobi offroad bantu pemulihan pariwisata


 

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022