Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian memperkirakan selama empat bulan mendatang yakni pada Januai-April 2006 produksi gabah secara nasional mencapai 25,35 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 15 juta ton. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu menyatakan, Indonesia saat ini tengah memasuki panen raya padi yang dimulai pada Januari seluas 0.45 juta hektar (ha) sementara puncak panen raya terjadi di bulan Februari seluas 1,2 juta ha, Maret 1,95 juta ha serta April seluas 1,80 juta ha. "Produksi gabah pada periode Januari-April diperkirakan mencapai 25,35 juta ton GKG atau setara dengan 15 juta ton beras, hampir separuh dari kebutuhan beras nasional sekitar 31 juta ton," katanya saat panen perdana pada musim panen raya Musim Tanam (MT) 2005/2006 di Desa Tlogo Ayu, Kecamatan Gabus, Pati. Menurut dia, produksi terbesar diperoleh dari Propinsi Jawa Timur 4,94 juta ton, Jawa Tengah 4,12 juta ton dan Jawa Barat 3,7 juta ton. Dia mengakui, pada periode panen raya tersebut curah hujan cukup tinggi, oleh karena itu Deptan akan melekukan penanganan pasca panen yang lebih baik agar kualitas gabah maupun beras dapat dijaga. Upaya yang dilakukan yakni sosialisasi pelayanan pasca panen di daerah daerah sentra produksi padi, membentuk dan memberdayakan forum kecamatan pasca panen. Memobilisasi dan mengoptimalkan penggunaan alat dan mesin (alsin) pasca panen dan memfasilitasi pengadaan alsin pasca panen dengan dana bantuan daerah. Selain itu Deptan juga akan meminta Bulog lebih aktif menyerap gabah petani tepat waktu. Anton menyatakan, pemerintah melalui Deptan juga menyediakan dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan yang angkanya terus ditingkatkan dari tahun ke tahun untuk menyerap gabah petani. Pada 2003, tambahnya, dana tersebut baru sebesar Rp162,19 milyar untuk 15 propinsi yang mencakup 121 kab/kota, maka pada 2006 kegiatan ini dilaksanakan di 25 propinsi dengan alokasi dana Rp 238,5 milyar. Mentan mengingatkan, pada bulan Februari-Maret merupakan puncak musim hujan maka perlu diwaspadai datangnya banjir, tanah longsor serta terjadinya peningkatan populasi dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). "Serangan OPT seperti wereng dan tungro agar dapat diamati dan diantisipasi secara lebih dini," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006