Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah siswa sekolah SMA yang tergabung dalam Indonesian Lead Information Center (ILIC) menggelar aksi simpatik di Monas, Jakarta, Sabtu pagi untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya timbal bagi kesehatan. "Timbal dapat menyebabkan terjadinya penyakit autisme, dan memengaruhi kualitas sperma seorang pria," kata Koordinator Aksi, Edi Purwanto. Menurut dia, timbal adalah sejenis logam berat yang dicampur dalam bahan bakar untuk meningkatkan kadar oktan agar energi pada kendaraan bermotor bertambah. "Di Indonesia timbal ini dapat dihirup manusia melalui udara yang diakibatkan oleh asap dari kendaraan bermotor," ujarnya. Rata-rata bahan bakar minyak, terutama jenis premium, yang beredar di Indonesia ini mengandung kadar timbal antara 0,03 hingga 0,013 satu per sejuta miligram. "Sehingga dengan begitu, kadar timbal seperti sudah melebihi batas toleransi bagi kesehatan," kata Edi. Oleh sebab itu, ia meminta PT Pertamina agar mengurangi kadar timbal pada bahan bakar jenis premium, karena selain berbahaya bagi kesehatan, juga berakibat usia mesin kendaraan bermotor tidak lama. Menurut dia, masalah kesehatan, terutama bagi generasi muda, merupakan salah satu investasi yang harus dijaga untuk pembangunan bangsa ke depan. Penelitian yang dilakukan oleh ILIC menyebutkan bahwa untuk membuat premium tanpa timbal dibutuhkan biaya sekitar Rp4.100 per liter, itu pun sudah termasuk biaya distribusi. Saat ini pemerintah telah menetapkan harga premium Rp4.500 per liter dengan kadar timbal sebanyak 0,03 satu per sejuta miligram. "Jadi kalau pemerintah menyebutkan harga biaya produksi satu liter premium mencapai Rp6.000 lebih sangat tidak masuk akal, apalagi sampai harus menyubsidi sekian ribu rupiah. Karena berdasarkan penelitian yang kami lakukan memang seperti itu, biaya produksi BBM tanpa timbal hanya Rp4.100," ujarnya. Untuk mengalkulasi biaya produksi bensin tanpa timbal hingga ditemukan angka Rp4.100, ILIC telah membandingkan dan memperhitungkan harga minyak dunia, termasuk patokan harga di Singapura. (*)

Copyright © ANTARA 2006