Jakarta (ANTARA News) - Program pengembangan Korvet Nasional akan memprioritaskan kerjasama yang telah dirintis antara RI dengan Italia serta Jerman, meski tidak menutup kemungkinan ada kerjasama alih teknologi dengan negara lainnya, seperti Rusia. "Pertimbangan itu didasarkan pada sejarah bahwa para teknisi kita telah terbiasa dengan teknologi Italia, Jerman dan Belanda, sedangkan dengan negara lain seperti Rusia, kita harus belajar lagi terlebih dulu dan itu perlu waktu," kata Kepala Litbang Departemen Pertahanan (Dephan), Lilik Hendrajaya, ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu. Ia mengatakan saat ini pemerintah tengah menghidupkan kembali program Korvet Nasional untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut (AL) sekaligus mendukung pengembangan industri strategis, setelah sebelumnya program itu terhenti karena keterbatasan dana. "Saat ini, setelah dua tahun terhenti program ini dilanjutkan lagi dengan memprioritaskan kerjasama yang telah dirintis sebelumnya dengan Italia dan Jerman, sambil menjajaki kemungkinan kerjasama alih teknologi dengan negara lain mengenai korvet, seperti dengan Rusia," ujar Lilik. Program pencanangan pembangunan kapal perang jenis korvet nasional yang pertama di galangan kapal dalam negeri dilakukan di PT PAL Indonesia Surabaya, dipersiapkan bersama-sama oleh Dephan, TNI AL, PT PAL Indonensia serta industri-industri pendukung lainnya. Kapal perang jenis korvet yang dibuat putra-putri bangsa Indonesia itu didesain bersama Orrizonte Sistem Navali SPA (Ficantieri Shipyard) dan Italian Navy Corvette yang kemudian dikembangkan oleh PT PAL Indonesia disesuaikan dengan requairement TNI AL. Spesifikasi kapal korvet yang dibangun itu antara lain memiliki panjang garis air 80,00 meter, lebar 12,20 meter, tinggi geladak utama 8,20 meter, kecepatan rata-rata 25,2 knots, akomodasi 81 orang, draft 3,46 meter dan daya pendorong 2X7.400 kw. Industri yang terlibat Sementara itu, beberapa industri nasional yang terlibat dalam pembangunan kapal korvet PT Krakatau Steel dan PT Garuda Raja Paksi dalam pengadaan plat baja, PT Pupuk Kaltim dan PT Barata dalam pengadaan steel casting, PT Maspion dan Indalex masalah celling, lining dan floring. PT Mastradra Surya Surabaya memberikan kontribusi dalam pengadaan mebel dan galley equip, PT INKA modul toilet, PT Tadakara dan PT Guna Elektro dalam pengadaan main switch board dan distribution board, PT Pindad pengadaan steering gear dan windlass, PT Barata dalam pengadaan jangkar dan PT Texmaco serta PT Pindad dalam pengadaan alternator. Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto sebelumnya mengemukakan pembangunan kapal korvet nasional bertujuan mempersiapkan kemandirian di bidang ketahanan yang ditopang dengan integrasi kemampuan dan dukungan dari seluruh industri nasional, serta jaringan pertahanan nasional yang kokoh dan mantap. Selain itu, pembangunan kapal juga dirancang untuk memenuhi operasi di laut bebas (unrestricted water) dan patroli teritorial, termasuk daerah zona ekonomi eksklusif (ZEE), dengan durasi tidak kurang dari 20 hari secara terus menerus. (*)

Copyright © ANTARA 2006