Subang, Jawa Barat (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sugiharto mengakui belum melihat adanya sinergi yang positif antar BUMN terkait soal pertanian, sehingga menyebabkan impor kebutuhan pangan nasional masih cukup tinggi. "Selama ini belum terlihat adanya sinergi yang positif antara BUMN, khususnya yang ada hubungannya dengan petani, seperti PT. Pertani, PT. Sang Hyang Seri, pabrik pupuk dan perbankan serta asuransi," kata Sugiharto di sela-sela panen perdana pertanian pola e-farm di Subang, Jawa Barat, Minggu. E-farm merupakan salah satu pola yang dikembangkan Kementerian Negara BUMN dalam pencanangan sinergi ketahanan pangan (Sikap) BUMN. Menurut Sugiharto, melalui pola e-farm nantinya tidak ada lagi kekurangan pendanaan, penyuluhan, bibit unggul, penjaminan harga dan tersedianya pupuk dengan tepat harga dan tepat sasaran. Ia menambahkan saat ini merupakan saat untuk belajar dari pengalaman ketika Indonesia harus mengimpor beras, padahal tanahnya cukup subur, berpotensi luas, memiliki bibit unggul dan pabrik pupuk yang bersubsidi buat petani. "Yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas petani salah satunya melalui sinergi antar BUMN, bekerjasama dengan kelompok tani dan swasta," katanya. Dijelaskannya Indonesia harus mengeluarkan dana Rp17 triliun untuk mengimpor lima komoditas utama, seperti beras, kedelai, gula, daging sapi dan jagung. "Konsumsi nasional akan komoditas itu terus naik tiap tahunnya. Kalau antar BUMN tidak ada perubahan, pada tahun 2009 untuk impor lima komoditi itu dibutuhkan dana Rp38,9 triliun," paparnya. Produktiivitas lebih tinggi E-farm merupakan hasil kerjasama BUMN yang memproduksi benih, yaitu PT. Sang Hyang Seri (Persero) dengan Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) yang ditandatangani 7 April 2005. Kesepakatan itu ditindaklanjuti dengan pembentukan PT. E-Farm Bisnis Indonesia (EBI) pada Oktober 2005. Total luas area sawah yang dipola EBI pada musim tanam 2005-2006 mencapai 10 ribu hektar, dimana dua ribu hektar di antaranya telah melakukan panen perdana. Produktivitas rata-rata mencapai enam ton gabah per hektar atau lebih tinggi dari rata-rata produktivitas nasional yang mencapai 4,5 ton gabah per hektar. (*)

Copyright © ANTARA 2006