Aceh Besar (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menegaskan pemerintah tidak membedakan anggota GAM yang sebelum dan sesudah penandatangan MOU Agustus 2005. "Bila masih ada yang membedakan nanti akan ditangani dan akan diselesaikan," kata Aburizal saat peresmian pembangunan pondok pesantren (Ponpes) Dayah Putri Ruhul Fatayat, di Seulimeum, Aceh Besar, Minggu. Ia mengatakan pemerintah selama ini tidak membedakan apa pun terhadap anggota GAM yang turun gunung sebelum penandatangan MOU maupun yang bergabung dengan NKRI pasca penandatanganan MOU. Aburizal mengatakan hal itu menanggapi pernyataan Pengasuh pondok pesantren, Tengku Haji Husaeni yang meminta para santri di Ponpesnya yang berasal dari GAM yang turun gunung sebelum MOU diperhatikan pemerintah. Ia menyebutkan saat ini di ponpesnya terdapat 196 mantan anggota GAM yang turun gunung sebelum Agustus 2005, namun sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ia juga mengkhawatirkan jika nantinya santri yang dari GAM tidak mendapat perhatian maka kesetiaanya kepada NKRI akan "luntur". Sebelumnya pemerintah memberikan dana integrasi Rp1 juta pe rbulan kepada mantan setiap anggota GAM pasca penandatangan MoU di Helsinki. Diperkirakan sekitar 3000 mantan anggota GAM mendapat dana itu, yang penyerahaannya dikoordinasikan oleh mantan pimpinan GAM. Sementara itu pada bagian lain Aburizal meminta kepada pihak swasta untuk ikut dalam rehabilitasi Aceh setelah didera gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2005 yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang. "Kami berharap agar semua komponen masyarakat Indonesia termasuk dunia usaha berperan besar membangun aceh pascatsunami," katanya. Ponpes yang berdiri pada tahun 1946 itu banyak menampung santri yang ditinggal keluarganya akibat terkena tsunami. Ponpes tertua di NAD itu kini dibangun dengan dana Rp4,7 miliar hasil sumbangan dompet peduli ANTV dan kelompok usaha Bakrie. Selain itu solidaritas istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu juga menyerahkan bantuan pada ponpes itu berupa mobil, 1.000 potong kerudung, peralatan tata boga, satu set pengeras suara. Bantuan ini diserahkan oleh istri Menteri Agama, Nyonya Maftuh Basyuni.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006