penguatan rupiah beberapa hari kemarin lebih merupakan kerisauan di pasar yang khawatir kalau tidak ada kesepakatan di kongres Amerika Serikat yang membuat dolar AS jatuh...
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memperkirakan kesepakatan pemerintah Amerika Serikat untuk mendapatkan tambahan utang akan mengurangi kekhawatiran pasar uang dunia. Di Indonesia, pengaruhnya adalah melambatkan arus modal asing yang masuk.

"Arah capital inflow akan ada tetapi tekanan berkurang, kalau ada penguatan rupiah terhadap dolar AS tidak akan secepat sebelumnya," kata Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, capital inflow ke Indonesia masih akan ada, karena investor masih mencari tempat yang lebih nyaman dan banyak menghasilkan, meski jumlahnya melambat. Itu karena Amerika Serikat memutuskan pada sektor fiskal yang berakibat melambatkan kinerja sektor keuangan.

"Kalau dari fiskal lebih terarah, tidak seperti kebijakan quantitative easing yang hanya membeli surat utang di pasar," paparnya, menjelaskan.

Menurut Nasution, keputusan Amerika Serikat paling mutakhir itu telah menghilangkan kerisauan di pasar keuangan yang khawatir ekonomi negara itu akan default. "Sehingga situasi pasar keuangan lebih tenang, dan akan bergerak ke posisi seperti dua minggu lalu," katanya.

Dia berkata, penguatan rupiah beberapa hari kemarin lebih merupakan kerisauan di pasar yang khawatir kalau tidak ada kesepakatan di kongres Amerika Serikat yang membuat dolar AS jatuh.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Barack H Obama, mengumumkan capaian kesepakatan untuk mengurangi defisit, sekaligus menghindari gagal bayar hutang negara itu, dengan cara meningkatkan pagu utang dalam anggaran AS.

Ia mengatakan, tahap pertama dari rencana dua tahap itu adalah memotong pengeluaran sebanyak 1 triliun dolar AS dalam satu dekade ke depan. Selanjutnya, cara penghematan sebanyak 1,5 triliun dolar AS berikutnya harus ditemukan oleh anggota kongres pada akhir Desember tahun ini.

Dengan kesepakatan itu, maka batas utang AS sebesar 14,3 triliun dolar AS akan meningkat sekitar 2,4 triliun dalam dua tahapan.  (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011