para sopir bemo, kata Santha, mereka tidak perlu khawatir akan kehilangan penumpang karena bus trans sarbagita
Denpasar (ANTARA News)- Kepala Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Provinsi Bali, Made Santha, menjamin operasionalisasi bus trans sarbagita tidak akan menambah kemacetan di kawasan perkotaan yang dikhawatirkan masyarakat.

Jaringan bus publik trans sarbagita itu menghubungkan kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan. Kemacetan di Bali sudah menggejala, terutama di Kota Denpasar, Kawasan Kuta, Seminyak, dan Legian.

Satu penyebab kemacetan itu karena pemerintahan setempat di tingkat provinsi dan kabupaten terlambat menetapkan strategi jaringan dan sistem transportasi massal Bali. Pariwisata terus digenjot di Bali "tanpa" memperhitungkan aspek ikutan lain yang secara logis mendukung laju pertumbuhan tulang punggung ekonomi Bali itu.

Karena sistem transportasi massal itu terlanjur buruk ditambah pertumbuhan populasi kendaraan bermotor pribadi yang sangat tidak berimbang dengan laju pertumbuhan ruas jalan maka kemacetan terjadi di banyak lokasi di Bali.

Jika ini dibiarkan maka kualitas pariwisata Bali rusak, memacu pengurangan jumlah kunjungan wisatawan; padahal bisa dibilang Bali semata-mata hidup dari pariwisata.

"Bus trans sarbagita  berukuran besar itu dengan 40 tempat duduk hanya untuk jalur-jalur utama di kawasan By Pass Ngurah Rai, sedangkan yang masuk ke tengah kota adalah bus berukuran sedang," kata Santha di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, bus berukuran sedang tersebut berkapasitas 20 penumpang. "Jadi masyarakat sesungguhnya tidak perlu khawatir karena bukan bus yang telah tiba ini yang masuk ke dalam kota," ujarnya.

Demikian pula dengan para sopir bemo, kata Santha, mereka tidak perlu khawatir akan kehilangan penumpang karena bus trans sarbagita.

"Bemo atau angkutan kota yang ada sekarang akan digunakan sebagai trayek pengumpan, cabang, dan ranting yang melayani perjalanan awal penumpang sebelum sampai di jalur utama yang dilalui bus," bebernya.

Ada dan tidak ada penumpang, lanjutnya, para sopir ini akan dibayar penuh.

"Trans sarbagita justru dapat memberi segmen penghasilan yang lebih jelas kepada para sopir bemo. Bukan seperti saat ini sopir bemo kerap mendapatkan hasil yang tidak pasti," ucapnya.

Ia mengungkapkan, tarif penumpang bus trans sarbagita ini Rp3.500 untuk masyarakat umum dan Rp2.500 untuk kalangan pelajar.

Pada tahap awal, mekanisme pembayaran penumpang direncanakan secara manual melalui sistem karcis. Sedangkan awal tahun 2012 baru menggunakan sejenis smart card

"Jauh dekat perjalanan, tarifnya tetap sama dan bukan didasarkan pada hitungan berapa kilometer jarak tempuh," ucapnya.

Santha lebih lanjut mengatakan, smart card nanti rencananya akan dibuat nominal ada yang untuk paket harian, mingguan, dan bulanan.

Untuk operasional trans sarbagita di tahap awal, Santha memprediksi, jumlah penumpang sebesar 20 persen dari total tempat duduk yang disediakan.

"Hal ini mengingat untuk mengubah pola pikir masyarakat agar menggunakan transportasi publik diperlukan waktu," katanya. (ANT)




Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011