Salah satu ciri buruk masyarakat Jepang adalah bahwa kita memperlakukan orang tua kita seperti mereka mahluk tidak bernyawa.
Tokyo (ANTARA News/Reuters Life!) - Pertumbuhan cepat jumlah kalangan lanjut usia (lansia) di Jepang beberapa waktu terakhir menyebabkan setiap tahunnya makin banyak lansia yang tidak hanya tinggal sendirian, namun juga meninggal sendirian. Jenazah mereka terkadang bahkan baru ditemukan setelah beberapa hari berlalu.

Data menyebutkan saat ini hampir satu dari empat penduduk Jepang berusia di atas 65 tahun.

Tapi sekarang, pemerintah daerah melakukan kerja sana dengan sejumlah kelompok antara lain kantor pos untuk memeriksa kondisi para lansia, meningkatkan hubungan antar manusia dan memperbaiki kehidupan mereka.

Di Bangsal Tokyo Shinagawa, lokasi di mana tahun lalu setidaknya 25 lansia meninggal sendirian di rumah mereka, pada bulan Agustus tahun ini, memulai kerja sama dengan Japan Post sehingga tukang pos akan memeriksa keberadaan para lansia berusia di atas 65 tahun sekali satu bulan dengan menyerahkan kartu ucapan.

"Kami berharap hal ini dapat memperkuat hubungan dalam masyarakat," kata Akihiro Hara, seorang pejabat kesejahteraan Shinagawa.

Program percobaan itu untuk memastikan agar para tukang pos dapat memeriksa bahwa segala sesuatunya baik-baik saja ketika mereka mengunjungi rumah-rumah para lansia dan menghubungi kantor pusat bangsal itu jika ada sesuatu yang salah.

Kantor pusat itu yang kemudian pada gilirannya akan menghubungi rumah sakit dan pejabat kementerian setempat jika diperlukan.

Lansia yang kesepian merupakan masalah sosial yang semakin mendesak.

Tahun lalu, 4,6 juta lanjut usia tinggal sendirian di seluruh Jepang, dan jumlah orang yang meninggal di rumah meningkat 61 persen antara 2003 dan 2010, dari 1.364 ke 2.194, menurut Biro Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan Masyarakat di Tokyo.

Sementara itu budaya untuk tidak saling mencampuri kehidupan orang lain yang mengakar dalam masyarakat Jepang, bahkan bagi mereka yang hidup di dekatnya, menyebabkan beberapa orang mungkin melewati hari-hari mereka tanpa berbicara dengan siapa pun.

Masalah yang lain adalah pergeseran budaya menghormati orang tua dan hubungan antar masyarakat Jepang yang kuat, yang meningkatkan isolasi, kata seorang pakar.

"Dalam beberapa hal ini dapat bermanfaat, karena kita dapat bebas, independen. Tetapi kerugiannya, adalah kita saling mengabaikan satu sama lain," kata pengamat sosial Tomoko Inukai.

"Salah satu ciri buruk masyarakat Jepang adalah bahwa kita memperlakukan orang tua kita seperti mereka mahluk tidak bernyawa."

Beberapa pendekatan kreatif lainnya juag diterapkan untuk tetap menjalin hubungan dengan warga senior.

Salah satunya dengan mulai mempromosikan ide berbagi rumah antara perempuan yang merupakan orang tua tunggal dan warga senior. Upaya itu menyatukan para lansia yang tertarik untuk menyewakan ruang di rumah mereka setelah keluarga mereka sendiri pergi dengan ibu tunggal yang mencari tempat tinggal yang terjangkau dan juga, mungkin, tinggal dengan pengasuh.

Tetapi menurut CEO perusahaan penghubung antara kedua belah pihak Hiroshi Kuwayama, usaha tersebut tidak tanpa masalah.

"Ibu tunggal muda lebih fleksibel dalam menerima gagasan berbagi rumah, tapi butuh beberapa waktu bagi kelompok lansia tua untuk menerima konsep itu di tempat pertama. "

Upaya lain melibatkan kebutuhan seperti makanan.

Mills, sebuah perusahaan di prefektur utara Niigata, menyalurkan makanan setiap hari untuk warga senior yang tidak lagi dapat berbelanja atau memasak untuk diri mereka sendiri - dan juga memeriksa untuk memastikan mereka baik-baik saja.

"Jika kami bisa, kami menyediakan tiga kali makan sehari, setiap hari dalam setahun, tidak termasuk liburan Tahun Baru," kata Masahi Hayashi, seorang manajer di Mills.

"Ketika kami mengirimkan, kami juga memastikan pelanggan kami aman."

Hayashi mengatakan bahwa sekalipun personil pengantar barang bukan dokter namun mereka semua telah menjalani pelatihan pertolongan pertama - tetapi "kita untungnya tidak perlu menggunakannya sejauh ini."

Namun, personil pengiriman sering sekali menjadi yang pertama kali menemukan pelanggan lansia yang telah meninggal, sebanyak lima hingga enam orang per tahun.

Pada akhirnya, solusi yang paling sederhana mungkin hanya mencoba untuk menjangkau mereka, kata Inukai.

"Sebuah cacat yang sangat besar dalam masyarakat Jepang adalah bahwa kita tidak saling menatap mata satu sama lain ketika kita berjalan di jalan-jalan. Kita perlu untuk memikirkan ulang mengenai ketakutan masyarakat Jepang untuk berinteraksi dengan orang lain."   (G003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011