Karena saya merasa bisa membuat payung, maka kemudian saya mencoba memproduksi sendiri."
Sleman (ANTARA News) - Berawal dari pengumpul barang bekas, kini Junada (62) sukses sebagai pengusaha bahkan bisa membuka lapangan kerja untuk warga sekitar rumahnya .

"Sebelumnya, pada 1982 saya hanya tukang rosok atau pengumpul barang bekas, di antaranya payung rusak. Saya mempelajari untuk memperbaiki payung-payung tersebut," kata Junada di rumah produksinya di Dusun Ngentak, Pondokrejo, Tempel, Kabupaten Sleman, Kamis.

Setelah bisa memperbaiki, Junada melayani servis payung keliling dari dusun ke dusun di Kabupaten Sleman, selama beberapa tahun.

"Karena saya merasa bisa membuat payung, maka kemudian saya mencoba memproduksi sendiri. Mulailah saya mencoba memproduksi payung, yang bahan-bahannya seperti kayu dan jeruji logam didatangkan dari Tulungagung, Jawa Timur, sedangkan kain atau plastik, dibeli di Yogyakarta," katanya.

Ia mengatakan usaha yang ditekuninya itu ternyata membuahkan hasil yang menggembirakan, dan payung yang diproduksinya dapat diterima di pasaran, bahkan mulai banyak pesanan.

"Dari keberhasilan tersebut, saya mulai mengajak warga sekitar untuk membantu saya, dan mengajari mereka mulai dari cara menservis payung hingga membuat payung," katanya.

Saat ini, menurut Junada, hampir 50 persen warga di dusunnya berprofesi sebagai perajin atau tukang servis payung.

Junada mengatakan saat ini dirinya setiap hari bisa memproduksi 100 hingga 300 buah payung dengan berbagai motif.

"Payung produksi kami biasa dijual seharga Rp8.000 hingga Rp30.000 per payung," katanya.

Ia mengatakan pada musim kemarau seperti sekarang, untuk sementara berhenti berproduksi karena permintaan sedikit. "Kecuali jika ada pesanan untuk souvenir pernikahan, kelahiran, atau acara selamatan," katanya.

Selain memproduksi payung, Junada juga menyediakan berbagai suku cadang untuk servis payung, guna melayani warga sekitar yang mayoritas menjadi perajin atau tukang servis payung.
(V001/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011