Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memastikan perekonomian Indonesia berada dalam kondisi baik dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat sehingga publik tidak perlu khawatir dengan gejolak perekonomian global beberapa waktu terakhir, terutama pergerakan pasar modal akibat situasi di Amerika dan Eropa.

"Dari semua laporan, baik kepala BKPM, dari segi investasi, ekspor impor, pertumbuhan ekonomi, laporan BPS, kita menyimpulkan perekonomian Indonesia dalam keadaan baik dengan pertumbuhan cukup kuat," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat, seusai rapat terbatas mendadak menteri-menteri perekonomian dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Hatta mengatakan bahwa pertumbuhan kuartal II sudah diumumkan BPS sedikit di atas pertumbuhan kuartal pertama. "Untuk mencapai 6,5 sebagaimana kita targetkan 6,4 di APBN, Insya Allah tercapai," katanya.

Kondisi perekonomian Indonesia yang berada dalam kondisi baik selain tercermin dari indikator perekonomian makro, riil, ekspor, impor dan investasi juga tercermin dari pertumbuhan sektor manufaktur.

Namun demikian, kata Menko Perekonomian, pemerintah tetap harus mencermati perkembangan situasi global saat ini sehingga fungsi koordinasi terus dilakukan.

"Pemerintah dan BI berkoordinasi baik dan memiliki sejumlah `policy response` apabila terjadi sesuatu dan ini didukung dana cukup di APBN maupun dana lain, termasuk `policy response` disiapkan. Pemerintah dan BI sudah memiliki `crisis management protocol`. Kita optimis ekonomi terus tumbuh dan bergerak baik," katanya.

Sementara itu sebelumnya, Presiden Yudhoyono mengimbau publik untuk tidak panik menghadapi gejolak perekonomian dunia karena pemerintah telah memiliki pengalaman untuk mengambil langkah-langkah cepat dan tepat sebagaimana yang dilakukan pada krisis perekonomian pada 2008 lalu.

"Agar krisis tiga belas tahun lalu (1998-1999) tidak terjadi lagi dan kita bisa buktikan itu bisa kita lakukan. Kebijakan yang tepat dan koordinasi dan sinkronisasi yang tepat, tidak perlu ada kepanikan apapun, karena kondisi kita jauh lebih baik dibanding kondisi 98-99 dan 2011, juga lebih baik dari 2008," kata Presiden.

Oleh karena itu, kata Presiden, publik tidak perlu terlalu cemas, apalagi panik karena dengan modal awal ini kondisi perekonomian nasional bisa mengantisipasi dan melakukan langkah-langkah tepat manakala krisis pada tingkat dunia kembali datang.

Sementara itu pada Jumat (5/8) pasar saham Asia anjlok menyusul kekhawatiran terulangnya resesi Amerika Serikat sehingga terjadi aksi jual besar-besaran di bursa Asia setelah malam sebelumnya indeks di bursa Wall Street anjlok terparah sejak krisis 2008.

Sementara itu penurunan indeks juga telah mengakibatkan harga minyak menjadi 86 dolar AS per barel di Asia sebagai akibat dari pelambatan ekonomi global yang dipastikan melemahkan permintaan minyak mentah.(*)
(T.G003/S024)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011