Beijing (ANTARA) - Calon vaksin mRNA China menunjukkan penurunan tajam dalam aktivitas antibodi penetral terhadap Omicron dibanding terhadap virus corona yang tak bermutasi dalam sebuah riset kecil.

Akan tetapi, dosis booster-nya dengan mudah memicu produksi antibodi dalam uji coba hewan, menurut makalah penelitian itu.

Vaksin ARCoV, yang dikembangkan bersama oleh Academy of Military Medical Sciences (AMMS), Suzhou Abogen Biosciences dan Walvax Biotechnology, saat ini sedang diujicobakan pada uji klinis Tahap III secara internasional.

Ini adalah calon vaksin berbasis mRNA buatan dalam negeri China yang paling jauh mencapai progres uji coba.

China belum mengizinkan calon vaksin mRNA yang dikembangkan secara lokal dan internasional. Tetapi, otoritas sudah memvaksin 87,1 persen populasi dengan sejumlah vaksin lokal yang dibuat dengan teknologi lain.

Dalam studi laboratorium yang menganalisis 11 sampel penerima vaksin, delapan di antaranya menunjukkan aktivitas penetralan yang "rendah namun terdeteksi" terhadap Omicron, kata tim peneliti dalam sepucuk surat kepada editor yang diterbitkan oleh jurnal Cell Research.

Baca juga: Uni Eropa tinjau kasus gangguan menstruasi usai vaksinasi COVID mRNA

Kadar antibodi penetral terhadap Omicron menunjukkan penurunan 47 kali lipat dibanding dengan kadar terhadap "jenis liar" (varian alami) yang tidak mengandung mutasi besar, tulis makalah yang diterbitkan pada Senin itu.

Namun pada uji hewan, dosis ketiga yang diberikan sekitar sembilan bulan setelah dosis kedua, dengan mudah memicu produksi antibodi penetral terhadap Omicron dan varian alami, lanjutnya.

"Data kami secara gamblang memperlihatkan bahwa dosis ketiga ARCoV kemungkinan akan mengarah pada peningkatan tajam antibodi penetral, tidak hanya terhadap WT (varian alami) SARS-CoV-2 namun juga varian Omicron baru," katanya.

Tim peneliti juga melakukan uji coba pada hewan untuk dua calon vaksin mRNA baru khusus Omicron dan hasilnya membuktikan bahwa kadar antibodi yang diinduksi sebanding dengan kadar antibodi yang dihasilkan ARCoV asli.

Penulis jurnal mencakup para ilmuwan AMMS dan Suzhou Abogen Biosciences serta peneliti dari sejumlah lembaga China lainnya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Studi Inggris: Vaksin COVID-19 mRNA beri efek 'booster' terbesar
Baca juga: Peneliti: Paduan viral vector dan mRNA hasilkan imun lebih tinggi

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022