Jakarta (ANTARA News) - Pasca kenaikan suku bunga AS, rupiah pada perdagangan Rabu pagi, menguat terhadap dolar AS menyusul masuknya aliran dana asing ke pasar domestik dan sikap optimis bahwa tingkat suku bunga rupiah saat ini sudah memasukkan faktor kenaikan suku bunga AS terakhir, kata para dealer. Pada pukul 09:25 pagi, rupiah dikutip pada posisi 9.305/9.315 terhadap dolar AS atau menguat 85 poin dibanding posisi Senin (30/1) yang berada pada posisi 9.390/9.400. Pada hari Selasa pasar uang Indonesia tutup karena merupakan hari libur nasional menyambut Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1427 H. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS pada Selasa (Rabu pagi WIB) telah menaikkan tingkat suku bunga pinjaman jangka pendek (Fed fund) sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen dari sebelumnya 4,25 persen yang merupakan kenaikan ke-14 kalinya sejak pertengahan 2004. Beberapa dealer pasar uang yang dihubungi ANTARA mengatakan sejumlah dana asing masih mengalir masuk ke pasar domestik mencari instrumen investasi jangka pendek yang dianggap masih menguntungkan. Menurut mereka, kenaikan tingkat suku bunga "Fed fund" sudah diperkirakan sejak jauh hari, karena itu harganya sudah diperhitungkan sejak awal tahun ini. Tingkat suku bunga rupiah (BI rate) pada 12,75 persen saat ini mereka nilai masih tergolong tinggi, sekalipun laju inflasi belum mengindikasikan adanya pelemahan. Data inflasi Januari kemungkinan baru akan diumumkan dalam pekan ini. Penguatan rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama lainnya. Dolar AS pada Selasa, turun terhadap euro menjadi 82,27 sen euro dari 82,72 sen euro pada Senin. Mata uang AS juga turun terhadap yen Jepang, ditutup pada 117,25 yen dari 117,61 yen pada Senin. Masuknya dana-dana asing masih menjadi faktor utama pendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS, dan tampaknya tidak ada lagi ruang bagi rupiah untuk menguat lebih lanjut. Kemungkinan "rally" rupiah akan berakhir pada kisaran 9.340-9.200, jelas para dealer. (*)

Copyright © ANTARA 2006