Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) saat ini memiliki peluang unik untuk mengubah kawasan Asia Tenggara, membentuk arsitektur Asia Pasifik, serta memberikan kontribusi terhadap agenda global.

Dalam kuliahnya di hadapan sedikitnya 300 undangan yang terdiri dari para duta besar negara ASEAN dan pejabat teras ASEAN di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin pagi, Presiden Yudhoyono menjabarkan empat peluang yang dimiliki ASEAN untuk mencapai itu semua.

"Pertama, melalui berbagai mekanisme dialog karena berbeda dengan sejumlah organisasi regional lain, ASEAN telah muncul sebagai hub diplomatik yang sangat diperlukan di kawasan Asia-Pasifik," katanya.

Hal itu, menurut Presiden, telah menempatkan ASEAN dalam posisi yang sangat strategis untuk menjadi penggerak dan pembentuk isu-isu kawasan.

Peluang kedua, kata Presiden, melalui daya tahan kawasan ASEAN menghadapi krisis ekonomi global. Ia memprediksikan pertumbuhan ekonomi ASEAN tahun ini akan berada pada rentang 56,7-6,4 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia 4,5 persen.

"Ketiga, ASEAN memiliki aset yang relevan dengan isu-isu global antara lain ASEAN memiliki hutan yang cukup, sumber daya alam dan komoditas, ruang maritim strategis dan sumber daya, populasi yang besar dengan pemuda dinamis, keragaman budaya serta masyarakat yang terbuka," katanya.

Sementara itu yang terakhir, lanjut Presiden, adalah kemampuan ASEAN untuk muncul dengan pendapat kolektif yang mewakili kawasan dalam forum-forum internasional, yang secara langsung meningkatkan kapasitas ASEAN berkontribusi pada penyelesaian isu-isu global.

"ASEAN akan membutuhkan banyak fleksibilitas dan kelincahan untuk menghadapi dunia baru yang berani yang ada di depan," katanya. Namun, mengingat kawasan Asia Tenggara relatif jauh lebih stabil, damai dan koheren saat ini maka menurut Yudhoyono ASEAN tidak memiliki alasan untuk tidak mampu tampil sebagai kekuatan besar di tataran global.

"Saat ini kita sedang memasuki tahap akhir menuju Komunitas ASEAN 2015," katanya.

ASEAN dibentuk pada tahun 1967 dengan Deklarasi Bangkok yang oleh ditandatangani di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian, Brunei Darussalam bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997, dan akhirnya, Kamboja pada tahun 1999.

Sepuluh negara ASEAN itu berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama yaitu mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya di kawasan Asia Tenggara.

Negara-negara Anggota ASEAN juga telah mengadopsi prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja sama di Asia Tenggara (TAC) tahun 1976. Pada KTT ASEAN ke-9 pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mencapai Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Politik-Keamanan, Komunitas Ekonomi dan Komunitas Sosial-Budaya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011