"Ketakutannya adalah bahwa risiko Rusia-Ukraina akan mengakar, bahkan mungkin menjadi normal
Tokyo (ANTARA) - Pasar saham Asia sebagian besar lebih tinggi pada Kamis, sementara imbal hasil obligasi memperpanjang penurunannya karena investor mempertimbangkan risiko invasi Rusia ke Ukraina terhadap tanda-tanda bahwa Federal Reserve (Fed) AS tidak akan seagresif yang ditakutkan dalam pengetatan kebijakannya.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik menguat 0,27 persen, dibatasi oleh penurunan saham Jepang, dengan Nikkei merosot 0,29 persen di tengah kekhawatiran terus-menerus bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina.

Indeks regional setara MSCI di luar Jepang terangkat 0,64 persen.

Saham-saham unggulan China (CSI300) bertambah 0,36 persen, membalikkan penurunan awal. Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong berbalik naik 0,46 persen.

Indeks acuan Australia menguat 0,65 persen karena harga logam yang lebih tinggi melebihi kekhawatiran geopolitik. Indeks KOSPI Korea Selatan juga melonjak 1,38 persen. Sementara itu, Indeks S&P 500 berjangka AS tergelincir 0,07 persen.

Baca juga: Saham Australia dibuka lebih tinggi, terangkat ekuitas pertambangan

Pasar tetap gelisah setelah negara-negara Barat termasuk AS memperingatkan pada Rabu (16/2/2022) bahwa kehadiran militer Rusia di perbatasan Ukraina meningkat, bukannya menyusut seperti yang ditegaskan Moskow.

Pada saat yang sama, kekhawatiran tentang kampanye pengetatan suku bunga Fed yang sangat hawkish, berpotensi termasuk kenaikan 50 basis poin bulan depan, turun semalam setelah risalah pertemuan kebijakan terbaru mengisyaratkan pendekatan yang lebih terukur dan bergantung pada data dari pejabat bank sentral.

Risalah Fed yang kurang hawkish adalah tanda positif bahwa pasar dapat menyesuaikan kembali, setelah sebelumnya memperkirakan kenaikan suku bunga yang agresif, kata Trinh Nguyen, ekonom senior di Natixis.

Pasar uang melihat sekitar 43 persen peluang kenaikan setengah poin pada 16 Maret, dan sekitar 150 basis poin pengetatan total tahun ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS melanjutkan penurunannya di Asia pada Kamis, dengan imbal hasil 10-tahun berkurang sekitar 2 basis poin menjadi 2,03 persen, tertekan oleh taruhan untuk Fed yang kurang hawkish dan permintaan untuk aset safe-haven di tengah ketidakpastian Ukraina.

Baca juga: IHSG diproyeksikan melemah, terdampak rilis risalah bank sentral AS

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama, turun tipis 0,06 persen menjadi 95,770.

Dolar yang lebih lemah dan imbal hasil yang lebih rendah dikombinasikan dengan sentimen risiko yang lemah membantu menjaga emas mendekati puncak delapan bulan di 1.879,48 dolar AS per ounce, yang dicapai pada Selasa (15/2/2022). Terakhir diperdagangkan sekitar 1.868 dolar AS per ounce.

Minyak mentah mundur, meskipun, di tengah optimisme bahwa negosiasi akan menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015, dengan minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan turun 2,50 dolar AS pada 91,16 dolar AS per barel dan Brent turun 2,43 dolar AS pada 92,38 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak naik di atas 1 persen, konflik Rusia-Ukraina tetap tinggi

Pasar minyak telah didominasi oleh ancaman invasi Rusia ke Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, dengan kekhawatiran bahwa gangguan pasokan dari produsen utama di pasar global yang ketat dapat mendorong harga minyak ke 100 dolar AS per barel.

Mizuho mengatakan bantuan apa pun tentang Ukraina terlalu dini, jika tidak berdasar.

"Ketika ketegangan meningkat dan pasar menilai risiko tidak pasti invasi Rusia ke Ukraina, penurunan dalam penghindaran risiko dapat berbalik secara tiba-tiba," tulis analis bank dalam sebuah catatan penelitian.

"Ketakutannya adalah bahwa risiko Rusia-Ukraina akan mengakar, bahkan mungkin menjadi normal."

Baca juga: Dolar jatuh, investor lihat risalah bank sentral AS kurang "hawkish"
Baca juga: Wall St ditutup beragam, S&P 500 naik tipis setelah rilis risalah Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022