Jakarta  (ANTARA News) - Saham Bank BCA di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa merupakan saham paling banyak berkontribusi negatif terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG), karena pelaku aktif melepas saham tersebut.

Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan, di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa saham bank BCA di pasar terjual sebanyak 61,80 juta unit dengan nilai Rp472,71 miliar pada kurs akhir Rp7.750 atau turun Rp300 per saham.

Saham industri perbankan ini sebelumnya banyak dibeli sehingga harganya menguat tajam, namun adanya krisis global yang terjadi dalam dua hari mengakibatkan harganya terkoreksi, ucapnya.

Ifan Kurniawan mengatakan, selain saham perbankan juga saham industri telekomunikasi, Telkom kondisi pasar yang negatif mengakibatkan saham tersebut terjual sebanyak 38,66 juta unit senilai Rp278,58 miliar dengan kurs merosot Rp250 menjadi Rp7.250.

Saham Telkom sebenarnya merupakan saham yang mengalami kenaikan agak lambat, namun baru beberapa kali menguat kini kembali melemah, katanya.

Begitu pula saham Astra Internasional yang memiliki kinerja cukup baik merosot tajam Rp400 menjadi Rp64.650 dengan volume sebanyak 9,59 juta unit senilai Rp608,19 miliar.

Kemudian saham Bukit Asam merosot Rp750 menjadi Rp18.600 dengan volume transaksi 4,96 juta unit senilai Rp91,88 miliar.

Kemerosotan harga saham-saham itu, karena kekhawatiran atas krisis global, meski aksi lepas saham itus berkurang, ujar Ifan Kurniawan.

Menurut dia, aksi lepas saham diperkirakan tidak akan berlangsung lama, karena fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik.

Apalagi dengan tingkat suku bunga acuannya yang masih tinggi, maka Indonesia masih merupakan pusat investasi yang memberikan imbal hasil yang tinggi, katanya.

Aksi lepas itu terjadi dalam dua hari berturut-turut, karena krisis global yang menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi Amerika Serikat makin tenggelam.

AS, lanjut dia berusaha melakukan upaya untuk memicu ekonomi tumbuh lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, bahkan paket stimulus juga akan kembali dimanfaatkan untuk memicu ekonomi nasional.

Namun. ia menambahkan, kesepakatan antara pemerintah dan Kongres mengenai kenaikan pagu kredit AS memberikan tanggapan negatif , karena pemerintah harus mengurangi anggaran belanja dari berbagai kegiatan usahanya
(T.H-CS)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011