Jakarta (ANTARA News) - Belum pulihnya bursa saham global kembali menjadi faktor negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam transaksi perdagangan pada Selasa sehingga masih ditutup tertekan secara siginifikan.

IHSG BEI ditutup anjlok 115,15 poin atau 2,99 persen ke posisi 3.735,12. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 21,43 poin atau 3,14 persen ke posisi 660,51 poin.

Di bursa regional, diantaranya Indeks Hang Seng melemah 1.159,87 poin (5,66 persen) ke level 19.330,70, Indeks Nikkei-225 turun 153,08 poin (1,68 persen) ke level 8.944,48, dan Seoul Composite melemah 68,10 poin (3,64 persen) ke level 2.801,35.

Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa kondisi bursa global yang masih berada dalam area negatif kembali menekan bursa dalam negeri.

"IHSG masih alami tekanan akibat pengaruh dari bursa global yang dipicu dari penurunan peringkat utang AS serta ekspektasi melebarnya krisis utang di Eropa," katanya.

Ia menambahkan, pelaku pasar asing yang masih mengambil posisi lepas saham (foreign net sell) senilai Rp952,496 miliar.

"Baik pelaku pasar asing maupun lokal lebih cenderung kembali ke cara konvensional atau memegang dana dalam bentuk tunai," kata dia.

Ia juga mengatakan, bursa saham Asia terpuruk meski pembuat kebijakan global berusaha bangkitkan kepercayaan investor yang cemas dengan perlambatan ekonomi global paska penurunan peringkat kredit AS dan memburuknya krisis utang Eropa.

"Makin memburuknya kekhawatiran atas ekonomi global dapat picu kejatuhan lebih lanjut di jangka panjang, diharapkan pembuat kebijakan terus berusaha membangkitkan kepercayan investor," katanya.

Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, sebanyak 35 saham meningkat, 255 saham tertekan, dan 40 saham tidak bergerak harganya.

Sementara itu, frekuensi transaksi perdagangan saham tercatat sebanyak 223.733 kali, dengan volume perdagangan mencapai 10,138 miliar lembar saham senilai Rp9,464 triliun. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011