Gunung Kidul (ANTARA News) - Ratusan burung pipit atau emprit menyerang bulir-bulir padi milik petani Dusun Pagutan, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa pekan terakhir.

Salah seorang petani Kecamatan Nglipar Mantho Sagiman di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan serangan burung pipit terjadi pada pagi hingga sore hari sejak dua pekan lalu.

Ratusan ekor burung pipit secara berkelompok menurutnya memakan bulir-bulir padi yang akan dipanen petani pada bulan ini.

"Akibat serangan burung pipit itu tanaman padi kami menjadi rusak dan mati sebelum dipanen," katanya.

Dia mengatakan, jika dihitung, maka kerugian akibat serangan burung itu mencapai 40 persen dari luas lahan miliknya yang mencapai seperempat hektar.

"Serangan burung kali ini cukup banyak dan mengganggu, berbeda dengan kejadian pada tahun sebelumnya," katanya.

Dia mengatakan, untuk mengatasi serangan burung, para petani setempat untuk sementara memasang jebakan berupa patung kayu atau dikenal dengan sebutan orang-orangan sawah di pinggir lahan sawah.

Selain itu, petani memasang tali rafia yang dikaitkan dengan kayu di setiap ujung sawah untuk mengusir ratusan ekor burung itu.

"Cara-cara itu kami pilih untuk meminimalisasi kerugian akibat serangan burung," katanya.

Petani lain, Paino mengatakan, menjelang masa panen kali ini lahan sawah miliknya terus diserang ratusan burung pipit.

Menurut dia, burung pipit menjelang masa panen selalu berdatangan, namun kali ini jumlahnya lebih banyak ketimbang tahun lalu.

"Pada panenan kali ini serangan burung cukup meresahkan petani sehingga kami terancam gagal panen dalam jumlah yang besar," katanya.

Petani dari desa yang sama, Pardi mengatakan, terpaksa berjaga-jaga di sekitar lahan sawah miliknya karena jebakan berupa orang-orangan sawah tidak berhasil mengusir burung pipit.

"Melihat banyaknya burung yang menyerang sawah, saya khawatir akan gagal panen. Padahal, hasil panenan kali ini saya siapkan untuk mencukupi kebutuhan menjelang Lebaran," katanya. (ANT293/S023/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011