Washington (ANTARA News) - Sejumlah gerilyawan Taliban penembak jatuh helikopter AS yang menewaskan 30 prajurit Amerika diburu dan tewas dalam serangan udara, kata seorang panglima AS, Rabu.

Jendral John Allen, panglima baru pasukan asing pimpinan AS di Afghanistan, mengatakan kepada wartawan di Pentagon, "sekitar tengah malam pada 8 Agustus, pasukan koalisi membunuh sejumlah gerilyawan Taliban yang bertanggung jawab atas serangan ini" dengan pemboman jet tempur F-16, lapor AFP.

Gerilyawan menembak jatuh sebuah helikopter Chinook hari Jumat di daerah terpencil Lembah Tangi, yang menewaskan 30 prajurit AS di dalamnya, termasuk 25 prajurit elit khusus, dalam insiden paling mematikan bagi misi NATO selama perang hampir 10 tahun di Afghanistan.

Dalam pernyataan terinci pertama secara terbuka, Allen mengatakan, helikopter itu dikirim sebagai bagian dari sebuah operasi dengan sasaran seorang pemimpin Taliban.

"Informasi intelijen yang diperoleh membuat kami meyakini bahwa ada sebuah jaringan musuh di Lembah Tangi di provinsi Wardak, dan tujuan misi ini adalah memburu para pemimpin jaringan itu," kata jendral tersebut.

Ketika unsur-unsur kekuatan gerilya terlihat "melarikan diri", helikopter Chinook yang membawa pasukan komando Navy SEAL dan prajurit Afghanistan diperintahkan menghadang mereka, katanya.

Helikopter CH-47 itu kemudian ditembak jatuh dengan granat roket, lanjutnya.

Pasukan AS segera melacak gerilyawan yang bertanggung jawab dan meminta serangan udara pada Senin malam dengan pesawat F-16, kata jendral itu.

Pemimpin Taliban yang semula menjadi sasaran dalam misi Jumat tidak tewas, tambah Allen.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011