Jakarta (ANTARA) - Ketua Panitia Pameran Rupa Karya KPP RI Casytha Arriwi Kathmand ingin mematahkan stigma perempuan yang kerap dianggap sebagai "konco wingking" melalui pemilihan tema lomba desain batik nasional: "Perempuan dan Rempah Indonesia".

Lomba yang diadakan Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia (KPP RI) itu dibuka pada November 2021 dan telah menghasilkan lima pemenang terpilih yang diumumkan pada Jumat. Karya desain dari pemenang lomba rencananya akan direalisasikan menjadi seragam batik KPP RI.

Baca juga: Penolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dinilai gagal paham

"Kami ingin mematahkan stigma itu dengan mengangkat bahwa perempuan itu adalah simbol pelestari bangsa. Lewat tangan perempuan, rempah Indonesia bisa diolah kemudian bisa menghasilkan bahan pangan yang kaya nutrisi sehingga kita bisa mendidik generasi penerus bangsa dengan sebaik-baiknya," kata anggota DPD RI Provinsi Jawa Tengah itu yang hadir secara langsung di Selasar Nusantara II, Komplek DPR/DPD/MPR RI, Jakarta, Jumat.

Sementara itu, Presidium KPP RI Dewi Asmara berharap kegiatan ini dapat turut melestarikan batik sebagai warisan Indonesia dengan menyelaraskan kekayaan alam negeri berupa rempah-rempah yang mewarnai serat rupa batik.

"Rempah ini sekaligus contoh nyata diplomasi dan interaksi budaya oleh individu, komunitas masyarakat, hingga tingkatan negara," ujar anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar itu.

Sebagai bagian dari rangkaian acara, KPP RI juga mengadakan pameran batik yang menampilkan karya dari 20 nominasi terpilih. Pameran ini berlangsung hingga Jumat.

Baca juga: Diah Pitaloka lantik kaukus perempuan parlemen Sulsel

Dewi mengatakan pameran tersebut juga menjadi wadah berhimpun anggota DPR RI dan DPD RI dalam rangka menguatkan pengarusuatamaan gender di dalam pembangunan nasional.

Melalui rangkaian acara tersebut, Dewi mengatakan pihaknya juga ingin turut membantu semua elemen industri batik, mulai dari desainer, perajin, hingga UMKM untuk terus berinovasi dan berkarya. Apalagi kondisi pandemi COVID-19 telah membawa dampak penurunan produktivitas perajin serta pengusaha batik.

"Namun demikian, kita patut mengapresiasi bahwa pemerintah juga tetap memberikan perhatian pada industri batik yang merupakan salah satu sektor diperhatikan pengembangannya oleh Kementerian Perindustrian karena nilainya mempunyai daya ungkit besar, mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.

Hal tersebut, lanjut Dewi, tecermin dari sumbangsih industri batik pada devisa capaian ekspor periode Januari–Juli 2020 sebesar 21,54 juta dolar AS atau meningkat dibanding pada semester I 2019 senilai 17,99 juta dolar AS, menurut data yang ia himpun.

"Kami berharap ke depannya berbagai kegiatan untuk melestarikan batik dan budaya nasional lainnya dapat terus diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Demikian pula upaya untuk menghapuskan berbagai hambatan atas pencapaian kesetaraan dan keadilan gender agar semakin dapat ditingkatkan," katanya.

Saat pendaftaran lomba dibuka, KPP RI menerima 91 karya dari peserta yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Dalam proses selanjutnya, KPP RI menjaring peserta menjadi 20 besar hingga akhirnya ditetapkan lima pemenang oleh dewan juri.

Para juri yang terlibat dalam penilaian antara lain Arzeti Bilbina Huzaimi (anggota DPR RI Fraksi PKB), GKR Hemas (anggota DPD RI - Provinsi DIY), Krisdayanti (anggota DPR RI Fraksi PDI-Perjuangan), dan Ratu Ngadu Bonu Wulla (anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem).

Adapun kelima pemenang itu antara lain Muhammad Ilham Najib (Pekalongan, Jawa Tengah), Dwi Risdayanto (Jakarta Timur), Diah Kumalasari (Semarang, Jawa Tengah), Nur Aini Hanifah Putri (Surakarta, Jawa Tengah), serta Dewi Anangningrum (Yogyakarta).


Baca juga: Ketua DPR melantik pengurus Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia

Baca juga: Menteri PPPA dukung KPPI targetkan 30 persen perempuan penuhi parlemen

Baca juga: KPP RI pamerkan batik lewat "Rupa Karya" lestarikan budaya Indonesia

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022