Sleman (ANTARA News) - Warga lereng Gunung Merapi di Dusun Brongkol, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sambil menunggu berbuka puasa menggelar lomba merangkai selongsong ketupat, Jumat sore.

"Selain diikuti warga dusun yang terdampak awan panas Merapi pada 2010, lomba ini juga diikuti Pramuka dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang diperkirakan mencapai 100 peserta," kata Ketua Panitia Lomba Sudaryono.

Menurut dia, lomba ini juga tidak hanya diikuti mereka yang sudah mahir membuat selongsong ketupat tetapi juga bagi mereka yang belum bisa membuat selongsong ketupat.

"Sebelum lomba, warga yang sudah mahir merangkai selongsong ketupat mengajarkan kepada yang belum bisa membuat ketupat. Setelah itu baru mereka berlomba membuat kreasi selongsong ketupat dan penyajiannya," katanya.

Ia mengatakan, dalam lomba tersebut yang dinilai adalah kecepatan membuat ketupat, keunikan, ketupat terbesar, terbanyak dan ketupat yang paling kecil.

"Pemenang mendapatkan hadiah berupa perlengkapan MCK seperti sabun cuci, sabun mandi dan perlengkapan mandi lain. Agar warga peduli kebersihan dan sekaligus sosialisasi pola hidup bersih dan sehat, kami pilihkan hadiah berupa peralatan kebersihan," katanya.

Sudaryono mengatakan, dipilihnya lomba merangkai selongsong ketupat ini karena momentumnya tepat menjelang hari raya lebaran, dimana masyarakat banyak yang memasak ketupat.

"Harapannya agar masyarakat bisa membuat ketupat sendiri, sehingga tidak usah membeli ketupat jadi, cukup membuat dan lebih hemat," katanya.

Ia mengatakan, merangkai selongsong ketupat prinsipnya sama dengan "origami" atau seni melipat kertas yang ada di Jepang, di Indonesia punya merangkai ketupat.

"Merangkai kupat ini dapat dikatakan susah-susah gampang dan tidak semua masyarakat bisa merangkai ketupat," katanya.

Ketupat, katanya, memiliki filosofi memohon maaf atas "kelepatan" (kesalahan), sedangkan "kupat" dari kata "siku papat" (empat sudut) yang intinya meminta maaf segala kesalahan.

Eka Sari (21) peserta lomba dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa dirinya baru belajar membuat ketupat.

"Ketupat merupakan warisan budaya yang hanya ada di Indonesia, apalagi saya juga baru tahu bahwa ketupat bisa dirangkai dengan berbagai bentuk seperti segi empat, kodok dan juga bentuk ayam jago," katanya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011