Malang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, menemukan sejumlah makanan yang dijual di wilayah setempat, menggunakan zat pewarna tekstil.

Kepala Bidang Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan Minuman Dinkes Kabupaten Malang, Mursyidah Apt M Kes, Jumat mengatakan, temuan tersebut setelah pihaknya bersama sejumlah instansi dalam tiga hari berturut-turut melakukan razia makanan dan minuman di 29 toko, 9 kecamatan di wilayah tersebut.

"Kita mencurigai makanan berwarna warni yang marak dijual menjelang Lebaran ini menggunakan pewarna tekstil, oleh karena itu kita sudah kirim sampelnya ke laboratorium, sebab makanan tersebut sangat bahaya bisa menyebabkan kanker hati," katanya.

Mursyida menjelaskan, makanan yang menggunakan bahan pewarna tekstil tersebut cirinya yakni dalam pembungkusnya tidak menggunakan label.

"Label atau kode itu sangat penting untuk mengetahui apakah produk tersebut boleh beredar atau tidak, dan dengan adanya kode, maka produk tersebut telah melalui proses izin edar yang semestinya," katanya.

Mursyida menjelaskan, makanan yang mengandung zat pewarna tekstil tersebut dapat menyebabkan kelainan hati dan bisa menimbulkan kanker hati, kelainan kulit serta ginjal menjadi rusak akibat zat tersebut.

Sementara itu, Mursyida tidak bisa menyebutkan secara rinci nama produk makanan yang menggunakan zat pewarna tekstil tersebut, sebab sejumlah sampelnya masih berada dalam laboratorium.

"Makanan yang mengggunakan zat pewarna ini lebih mudah beredar, karena mereka tidak terkontrol dan tidak terawasi kualitas produknya, hal ini disebabkan tidak adanya izin edar sebagai jaminan aman," katanya.

Meski demikian, Dinkes meminta masyarakat untuk berhati-hati ketika membeli makanan dan minuman, serta diharapkan tetap melihat label serta izin edar ketika melakukan pembelian.

"Makanan yang tanpa label dan izin edar, seringkali menggunakan zat borax. Dan zat ini digunakan untuk membuat rasa makanan biar lebih renyah dan kenyal. Oleh karena itu, masyarakat agar berhati-hati ketika membeli produk makanan," katanya. (MSW/S016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011