Charikar, Afghanistan (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri dan penembakan di kompleks gubernur Afghanistan menewaskan 22 orang Minggu, dalam kekerasan terakhir Taliban yang menyoroti kekuatan kelompok militan itu di luar ibu kota Afghanistan, Kabul.

Abdul Basir Salangi, gubernur provinsi Parwan, mengatakan kepada televisi setempat selama pengepungan, enam penyerang bom bunuh diri menyerbu bangunan utama kompleks itu.

"Saya berada di dalam," kata Salangi kepada televisi Tolo News, menunjuk pada kompleks yang mencakup kantornya dan kantor-kantor para pejabat lain di ibu kota provinsi itu, Charikar, sekitar 50 kilometer sebelah utara Kabul.

Gubernur tersebut adalah komandan terkenal perlawanan anti-Sovyet dan anti-Taliban yang terlibat dalam pertempuran sengit dengan Taliban ketika mereka berkuasa dari 1996 hingga 2001.

Kementerian dalam negeri mengatakan, 16 pejabat provinsi dan enam polisi tewas dalam serangan itu, dan 34 orang lain yang mencakup 10 polisi cedera.

Salangi kemudian mengatakan kepada wartawan, salah satu penyerang bom bunuh diri ditangkap setelah "tanpa sengaja dibawa ke rumah sakit karena terluka".

Abdul Khalil Farhangi, seorang dokter di rumah sakit lokal Charikar, mengatakan, 16 korban tewas dan hampir 30 orang yang cedera dibawa ke tempatnya. Beberapa dari korban cedera diterbangkan ke Kabul untuk memperoleh perawatan lebih lanjut, tambahnya.

Juru bicara kementerian dalam negeri Siddiq Siddiqi mengatakan, serangan itu dimulai ketika gerilyawan meledakkan bom mobil bunuh diri di pintu gerbang kompleks itu, yang menewaskan penjaga dan membuat sejumlah penyerang lain bisa menyerbu masuk ke kawasan yang dijaga ketat itu.

Gubernur dan pejabat lain provinsi sedang berkumpul untuk pertemuan keamanan ketika serangan itu dilancarkan pukul 11.00 waktu setempat (pukul 13.30 WIB), kata polisi.

"Lima penyerang bom bunuh diri memasuki bangunan itu dan tembak-menembak meletus," kata kepala kepolisian Parwan, Sher Mohammad Maladani, kepada AFP.

Menurut Maladani, serangan itu berlangsung lebih dari satu jam.

Dua dari para penyerang itu meledakkan diri, sementara tiga lain ditembak oleh polisi, kata kementerian dalam negeri.

Sedikitnya dua pejabat militer AS yang disebut-sebut sebagai "penasihat" berada di tempat itu namun selamat, kata Maladani.

Markas Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO di Kabul mengatakan, pihaknya menyediakan helikopter untuk mengangkut korban yang cedera.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011