New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak melonjak pada Senin waktu setempat (Selasa pagi waktu Indonesia), karena pasar-pasar saham menguat dan dolar melemah, memicu permintaan untuk komoditas yang dihargakan dalam dolar.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman September, ditutup pada 87,88 dolar AS per barel, naik 2,50 dolar AS atau hampir 3,0 persen, dari Jumat.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk September naik 1,88 dolar AS menjadi mantap pada 109,91 dolar AS per barel.

Melemahnya mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang kuat, membantu untuk merangsang pembelian.

Dolar jatuh terhadap euro setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan membeli 22 miliar euro (31,8 miliar dolar AS) obligasi pemerintah pekan lalu untuk membantu mengurangi tekanan pada Italia dan Spanyol, mendorong turun biaya pinjaman mereka.

Minyak juga mendapat dorongan dari kembalinya kepercayaan terhadap pasar-pasar saham, yang tampaknya menemukan pijakan mereka pada Senin setelah seminggu didominasi "roller-coaster" (jungkir balik) setelah Standar & Poor`s yang menurunkan peringkat kredit AS dan masalah utang publik di kedua sisi Atlantik.

"Setelah minggu yang penuh gejolak minggu lalu ... suhu dan volatilitas telah sedikit mereda," kata Bart Melek, di TD Securities.

Namun demikian, Victor Shum, analis konsultan energi Purvin & Gertz, mengatakan kepada AFP bahwa ia memperkirakan pasar minyak tetap volatil.

"Saya perkirakan pasar akan terus goyah dan volatil karena masih ada kekhawatiran tentang potensi kembalinya perekonomian global ke resesi," katanya.

Michael Fitzpatrick dari Kilduff Report setuju.

"Peningkatan volatilitas di semua kelas aset utama kemungkinan besar akan berlanjut minggu ini karena krisis utang di kedua sisi Atlantik, ditambah dengan perlambatan kegiatan ekonomi, masih memiliki partisipasi pada kegelisahan," katanya.

Pedagang mengabaikan laporan manufaktur suram di Amerika Serikat,

konsumen minyak terbesar di dunia.

Federal Reserve Bank of New York mengatakan indeks manufaktur untuk negara bagian New York merosot 3,8 poin pada Agustus dari Juli, menjadi negatif 7,7 yang ketiga bulan berturut-turut di wilayah negatif.

Sebaliknya, data resmi pada ekonomi Jepang jauh lebih baik dari yang diperkirakan pasca bencana gempa dan tsunami Maret.

Produk domestik bruto Jepang menyusut 1,3 persen pada kuartal kedua dari setahun lalu, kurang dari setengah rata-rata perkiraan, sinyal pemulihan mendapatkan traksi. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011