Jakarta (ANTARA News) - Menjelang lebaran Hari Raya Idul Fitri 1432 H, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi daging, khususnya sapi, sehingga diharapkan peternak tidak memotong sapi betina yang dinilai produktif.

Oleh karena itu, para importer sapi yang mendampingi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemeterian Pertanian, Prabowo Respatiyo menggalang sosialiasi kepada peternak lokal agar tidak lagi memotong sapi khususnya, sapi betina produktif.

General Manager PT Anzindo Gratia International, Harri mengatakan, gerakan ini adalah upaya menyelamatkan sapi betina. "Kami telah membeli sapi betina produktif sebagai tanggung jawab sosial. Nanti sapi itu akan dititipkan ke petani, setelah beranak anaknya itu dibagi hasil dengan petani," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Tak hanya itu, pembelian sapi tersebut bertujuan agar impor daging sapi tidak menggangu peternak lokal. Ia mengatakan, selama ini peternak lokal mengeluh, karena daging impor sangat menggangu harga daging lokal.

"Kami mencoba program 'roadshownya' pak Dirjen. Ternyata mereka mengharapkan agar kami membantu mereka untuk memasarkan dan membantu lapangan kerja. Prinsipnya menciptakan lapangan kerja," paparnya.

Agar bisa merangsang bisnis lokal menjadi suatu usaha untuk mendampingi daging import. Para importir mengupayakan pembangunan Rumah pemotongan Hewan yang integral dan memnuhi standar internasional agar kualitas daging sapi lokal tidak kalah dengan daging impor.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI), Afan Anugroho menegaskan pihaknya sangat berkepentingan dengan kesuksesan program swasembada daging sapi nasional tahun 2014.

Ia mengungkap, laju pemotongan sapi betina produktif  begitu cepat dan masif bahkan nyaris tidak ada yang bisa mencegah walaupun pemerintah sudah mengeluarkan regulasi UU No. 18 tahun 2009.

"Kalau pasokan yang disediakan oleh lokal itu tidak ada, maka persediaan daging akan habis, sedangkan pemerintah sendiri kan melakukan pengurangan impor quota terhadap daging impor Indonesia," tandasnya.

ADDI menilai sebenarnya gerakan ini adalah momentum pemerintah agar jangan berwacana lagi, karena salah satu penyumbang inflasi diakibatkan harga daging dari peternak melonjak naik, hal ini tidak akan dikehendaki oleh pemerintah, sedangkan satu sisi peternak sudah dapat merasakan keuntungan dari hasil penjualan ternak mereka.

"Artinya kegairahan dalam berbisnis sapi nantinya akan meningkat. Jadi ini momentumnya sudah pas. Menurut saya pemerintah harus segera mewujudkan revitalisasi dan jangan berwacana lagi," kata Afan.

Ia pun sangat mengapresiasi langkah sejumlah importer yang melakukan suatu terobosan. Selain memborong sapi betina produktif, para beberapa importer telah membebaskan lahan.

"Lahan itu terintegrasi mulai dari pemotongan, penggemukan, pembibitan sampai distribusi. Artinya ada beberapa pengusaha yang sudah melihat kedepannya ada peluang bisnis tanpa menunggu pemerintah melakukan revitalisasi. Mungkin mereka ingin melangkah dulu, Ini menandakan mereka serius," katanya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011