Gianyar (ANTARA News) - Bade atau pengusung jenazah raksasa setinggi 24 meter dan memiliki bobot 10 ton hasil buah tangan "undagi" atau seniman bade Cokorda Gde Raka Sukawati siap diusung ribuan warga, sementara para wisatawan dan warga sudah mulai berkumpul di Puri Agung Ubud.

"Bade ini sengaja kami buat sebagai penghormatan terakhir kepada Almarhum Anak Agung Rai (80), ibunda kami yang kami cintai," kata Cokorda Gde Raka Sukawati, seniman "bade" raksasa itu, Kamis.

Pembuatan bade raksasa itu, kata pria yang juga Presiden Direktur Hotel Royal Pitamaha bukan bermaksud untuk bermewah-mewahan, tetapi sesuai dengan ajaran agama Hindu sebagai wujud menjalankan konsep konsep Tri Rna.

Arti dari Tri Rna itu, kata adik kandung Bupati Gianyar, Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati menjelaskan pembayaran tiga hutang.

Hutang pertama, kata pria yang pernah menerima Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali berkat prestasinya dalam bidang seni dan budaya itu mengatakan pertama membayar hutang kepada Sang Maha Pencipta.

"Beliau telah menciptakan kita sebagai makhluk yang sempurna, sempurna dalam arti lengkap (sekaligus) dengan ketidaksempurnaannya. Konsep ini dalam Hindu dikenal dengan Dewa Rna," kata pria yang sudah sejak 1978 menekuni dunia bade.

Kedua, kata pria yang juga dosen dari Universitas Udayana, Denpasar itu umat manusia memiliki utang pada para bijaksana, para maha rsi yang telah berjasa menyebarkan pengetahuan dalam memberi pencerahan kepada umat. Konsep ini dalam Hindu dikenal dengan Rsi Rna.

Ketiga, jelas Cok De demikian disapa akrab merupakan pembayaran hutang kepada leluhur.

"Para leluhurlah yang nyata-nyata secara langsung berbuat apa saja demi "sentana" atau keturunannya. Konsep ini dikenal dengan Pitra Rna," jelasnya.

"Bade" itu, kata pria yang selalu mendengung-dengungkan konsep Tri Hita Karana yakni hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan manusia itu mengaku dikerjakan selama dua bulan lebih.

"Setiap harinya 50-100 orang yang berasal dari tenaga sukarela secara bergilir dari 14 desa adat di lingkungan Kecamatan Ubud membantu perlengkapan "bade" sebagai wujud rasa bakti kami kepada Ibunda," jelas suami dari Cokorda Istri Nilawati.

Kerangka "bade" yang sudah rampung itu dilengkapi dengan ornamen, sehingga tampak megah, menarik, unik dan mengandung unsur seni.

Ornamen kelengkapannya antara lain bentuknya yang menyerupai angsa, bebek, babi, macan, gajah, boma dan burung garuda.

"Bade itu memiliki tinggi 24 meter dengan berat 10 ton, " kata Cokorda Gde Raka Sukawati sosok pria yang dikenal masyarakat luas sebagai seniman serba bisa, selain dalam bidang tabuh dan tari juga membuat bade, maupun barong dan topeng yang disakralkan warga masyarakat setempat.

Pada saat pengusungannya Kamis siang , kata Pria kelahiran Puri Saren Agung Ubud itu mengaku akan diusung ribuan warga secara estafet sebanyak tujuh kali.

"Setiap perubahan pengusungan diusung oleh 300 orang, total warga yang ikut mengusung agar "bade" itu sampai di Kuburan Dalem Puri sebanyak 2.100 orang," ucap ayah yang selalu menyempatkan diri jika mendapat permintaan dari warga desa adat untuk membuat topeng, rangda dan barong untuk disakralkan maupun membuat bade, kelengkapan upacara ngaben. (ANT199/Y008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011