Gianyar (ANTARA News) - Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengungkapkan upacara "pengabenan" ibundanya yang dilangsungkan hari ini merupakan implementasi pembayaran hutangnya kepada orang tua.

"Makin besar kenikmatan yang saya rasakan, maka seyogyanya semakin besar yang harus saya bayarkan pada orang tua saya," ujar Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, di Gianyar, Kamis.

Ia mengatakan, upacara "ngaben" menjadi salah satu implementasi dari ajaran "tri rna" atau tiga hutang pokok yang harus dibayar umat Hindu dalam kehidupannya.

Dalam keyakinan umat Hindu, jelasnya, manusia mempunyai hutang pada Hyang Pencipta yang telah memberikan kehidupan, hutang pada orang tua yang telah membuat manusia lahir, dan hutang pada guru yang membuat manusia menjadi pintar.

"Karena upacara `ngaben` ini wujud pembayaran hutang saya, besar kecil hutang ini tergantung pada seberapa besar kesejahteraan yang saya rasakan," ucapnya.

Sebagai sebuah hutang, lanjut dia, tentu yang harus diberikan yang terbaik.

"Mengapa pelaksanaan upacara harus menunggu berbulan-bulan, karena saya juga mencari hari terbaik untuk pembayaran hutang tersebut. Jika membayar hutang pada hari yang salah, secara filosofis dan simbolis bisa menjadikan upacara tidak bermakna," ujarnya.

Di Bali, memasuki bulan Agustus - September dikenal "sasih karo" atau bulan kedua dalam kalender Bali yang diyakini menjadi waktu tepat untuk melangsungkan prosesi "pengabenan".

Ia menambahkan, mengenai ukuran besar "bade" dan "lembu" yang digunakan pada upacara "ngaben" hari ini merupakan wujud konsep pembayaran hutang dengan tetap mempertimbangkan sisi estetikanya.

"Kami juga mengadopsi kemajuan teknologi dalam pembuatan dua `kendaraan` yang digunakan ibu saya. Jika `bade` zaman dahulu lebih banyak menggunakan bahan kayu, sekarang sudah dapat diganti dengan bahan lain," ujarnya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011