Jakarta (ANTARA) - Digerakkan oleh semangat untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah prasejahtera, Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) mulai melakukan pembinaan pilar kecakapan hidup membatik untuk guru-guru dan siswa-siswi di Gedangsari, Gunungkidul dan Pandak, Bantul, Yogyakarta sejak tahun 2007-2008.

Sebagai upaya untuk menciptakan keberlangsungan kecakapan hidup serta pelestarian budaya batik di lingkup daerah, YPA-MDR menginisiasi Komunitas Pembatik Cilik, yang merupakan sebuah wadah bagi siswa-siswi lintas sekolah binaan YPA-MDR di satu kecamatan, yang memiliki minat dan bakat dalam membatik.

"Harapan YPA-MDR adalah bahwa siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga dapat terus mengasah kecakapan hidup serta kepercayaan diri yang dapat menjadi bekal bermanfaat untuk masa depan mereka dan warga sekitarnya” tutur Ketua Pengurus YPA-MDR, Herawati Prasetyo dikutip dari pernyataannya, Kamis.

Baca juga: Pesan batik dari Blitar, pebasket NBA Justin Holiday dipuji warganet

Baca juga: Gubernur Khofifah siapkan 15 desa di Jatim sebagai desa devisa


Acara tersebut juga dihadiri oleh peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017, Anjani Sekar Arum yang saat ini juga menjadi narasumber membatik Komunitas Pembatik Cilik YPA-MDR.

“Tantangannya mengubah mindset anak-anak dalam membatik serta mendidik untuk menjadi seniman pembatik cilik dengan membuat karya dari hati serta membentuk kreatifitas sejak dini” jelas Anjani Sekar Arum.

Melalui pembentukan Komunitas Pembatik Cilik ini, YPA-MDR berharap dapat melestarikan batik yang merupakan salah satu identitas budaya Yogyakarta, dan juga dapat membantu potensi perkembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

Kegiatan membatik yang dilakukan oleh YPA-MDR di sekolah binaan, telah mendukung predikat “Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia” yang dinobatkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council), salah satunya yaitu ketika Kecamatan Gedangsari terpilih menjadi salah satu destinasi perhelatan Jogja International Batik Biennale (JIBB) tahun 2018 lalu.

Pada acara dengan lingkup internasional tersebut, Presiden World Craft Council Dr. Ghada Hijjawi Qaddumi secara langsung mengunjungi salah satu sekolah binaan YPA-MDR yaitu SMKN 2 Gedangsari, yang dipilih menjadi salah satu perwakilan sekolah yang berhasil melestarikan budaya batik.

YPA-MDR berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia di wilayah prasejahtera melalui pola pembinaan empat pilar yaitu akademi, karakter, seni budaya dan kecakapan hidup yang adaptive, innovative dan berdampak. Hingga saat ini pembinaan sudah dilakukankepada lebih dari 1.500 guru dan 23.800 siswa.

Program bantuan pendidikan YPA-MDR telah menyentuh 111 sekolah jenjang SD, SMP dan SMA/SMK sebagai konsep Sekolah Eskalator dan tersebar di 13 Kabupaten yang berada di Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Rekor MURI diraih PAUD berbusana batik etnik terbanyak di Mukomuko

Baca juga: KPP RI ingin patahkan stigma perempuan lewat lomba desain batik

Baca juga: Puan ingatkan perempuan parlemen harus pelopori kemajuan budaya

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022