Jakarta (ANTARA News) - Meneg BUMN Sugiharto mengatakan dalam privatisasi terhadap 10-20 BUMN akan dipilih pola Initial Public Offering (IPO) ketimbang pengalihan langsung atau "private placement". "Pola IPO akan lebih terbuka dibanding private placement," ujar Sugiharto, di Jakarta, Jumat. Ia menjelaskan, Kementerian BUMN pada 2006 menargetkan nilai privatisasi BUMN sebesar Rp1 triliun. "Saya ingin privatisasi yang kita jalankan tidak hanya untuk memenuhi setoran kepada pemerintah, tetapi lebih pada peningkatan struktur permodalan yang bersangkutan," kata Sugiharto, tanpa merinci perusahaan apa saja yang akan diprivatisasi. Ia menyoroti, dengan melepas sebagian kepemilikan saham tersebut diharapkan akan terjadi penciptaan nilai perusahaan, dengan modal yang cukup juga diharapkan bisa memajukan perusahaan. Diketahui, pada 2005 pemerintah menunda privatisasi saham PT Perusahaan Gas Negara (PGN) karena kondisi pasar saham pada saat itu yang tidak memungkinkan. Sugiharto mengakui, banyak saham BUMN yang sesungguhnya kepemilikan pemerintah di dalamnya minoritas sehingga tidak memiliki posisi tawar apapun di perusahaan itu. Saham seperti ini lanjutnya, bisa saja di "reloading" di pasar, namun berapa besar dan jumlah yang akan dilepas tergantung pada waktu yang tepat. "Agak sulit mengatakan berapa, perusahaan apa dan kapan IPO dilakukan, karena terkait fungsi dinamis pasar modal. Tergantung persepsi pasar yang menentukan "pricing", "sizing" dan "timing"," ujar Sugiharto.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006